Asset Turnover Ratio (ATR) atau Rasio Perputaran Aset dapat didefinisikan sebagai nilai penjualan yang dihasilkan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam aset untuk tahun keuangan tertentu.
Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan.
Rumus Asset Turnover Ratio (ATR) Atau Rasio Perputaran Aset
Asset Turnover Ratio (ATR) = Total Penjualan / Investasi Rata-Rata dalam Aset
Total angka penjualan dapat diperoleh dari laporan laba rugi. Ini adalah pendapatan yang dihasilkan dari penjualan untuk tahun keuangan tertentu.
Investasi rata-rata dalam aset dapat diperoleh dari neraca. Yang adalah:
Investasi Rata-rata = (Aset di Awal Periode + Aset di Akhir Periode)/2
Contoh Menjelaskan Asset Turnover Ratio (ATR) / Rasio Perputaran Aset
Mari kita asumsikan perusahaan ABCDEF. Untuk Tahun Anggaran 2010-11, menghasilkan penjualan 10 Jutaan. Di sisi lain, ia memiliki aset senilai 1 juta pada awal periode. Menjelang akhir periode, asetnya adalah 2 Juta.
Dari informasi yang diberikan, kita dapat menyimpulkan Rasio Perputaran Aset sebagai berikut:
Total penjualan = 10 Juta
Harta di awal periode = 1 Juta
Harta pada akhir periode = 2 Juta
Investasi Rata-rata = (1+2)/2
Investasi Rata-rata = 1,5 Juta
Jadi, Asset Turnover Ratio (ATR) = 10 Juta / 1,5 Juta
= 6,67 Kali
Baca juga Pengertian Capital Intensity Ratio, Rumus, Keuntungan & Kekurangan Menggunakannya.
Analisis dan Interpretasi ATR
Artinya, untuk setiap Rp yang diinvestasikan perusahaan dalam aset, menghasilkan penjualan sebesar 6,67. Semakin tinggi angka ini, semakin baik manajemen perusahaan.
Hal ini karena idealnya sebuah perusahaan ingin memaksimalkan pengembaliannya untuk setiap investasi yang dilakukannya.
Jika investasi yang dilakukan tidak difungsikan untuk meningkatkan peningkatan pada lini atas, dan malah peningkatan pada lini bawah, maka ada beberapa masalah dalam keputusan yang diambil oleh manajemen.
Pertimbangkan dua perusahaan ABCDEF dan GHIJKL, satu dengan Rasio Perputaran Aset masing-masing sebesar 6,67 dan yang lainnya dengan Rasio Perputaran Aset 3. Berdasarkan angka-angka ini saja, perusahaan ABCDEF telah membuat keputusan investasi yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan GHIJKL.
Kelebihan Asset Turnover Ratio (ATR) / Rasio Perputaran Aset
Salah satu rasio primitif yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah penjualan yang dihasilkan. Semakin tinggi penjualan semakin baik perusahaan. Tapi ini mungkin tidak memberikan gambaran yang benar.
Perusahaan ABCDEF mungkin memiliki penjualan 10 Jutaan dan GHIJKL mungkin memiliki penjualan 20 Jutaan. ABCDEF mungkin telah menginvestasikan 1 Juta pada aset, dan karenanya ATR-nya adalah 10. GHIJKL mungkin telah menginvestasikan 5 Juta. Jadi, ATR-nya adalah 4.
Jadi, meskipun GHIJKL memiliki penjualan dua kali lipat, namun masih belum seefisien ABCDEF karena investasinya menghasilkan 4 kali penjualan, karenanya investasi ABCDEF menghasilkan 10 kali penjualan. Dengan demikian, ATR dapat memberi Anda tampilan yang lebih baik dibandingkan dengan angka penjualan.
Umumnya, jika diamati bahwa perusahaan dengan margin laba rendah memiliki Asset Turnover Ratio (ATR) yang lebih tinggi. Ini karena perusahaan dengan margin rendah cenderung lebih fokus pada volume daripada laba per unit. Oleh karena itu, mereka menggunakan investasi mereka lebih ketat.
Kekurangan Asset Turnover Ratio (ATR) / Rasio Perputaran Aset
ATR tidak mengukur seberapa baik perusahaan memperoleh laba. Rasio ini hanya mengukur seberapa baik perusahaan menghasilkan penjualan.
Penjualan yang lebih tinggi mungkin atau mungkin tidak diterjemahkan untuk meningkatkan laba. Di sinilah ATR berbeda dari Return on Assets ( ROE ).
Baca juga Pengertian Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Dan Jenisnya.
Peringatan
Itu selalu disarankan untuk membandingkan ATR perusahaan dalam sektor yang sama.
Juga, ATR sendiri mungkin bukan rasio holistik. Ini harus digunakan dalam kombinasi dengan berbagai rasio lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang fungsi perusahaan.