Secara umum, pasar saham didorong oleh penawaran dan permintaan, seperti halnya pasar mana pun. Ketika suatu saham dijual, pembeli dan penjual menukar uang untuk kepemilikan saham.
Harga pembelian saham menjadi harga pasar baru. Ketika bagian kedua saham dijual, maka harga ini menjadi harga pasar terbaru (lebih baru), dan seterusnya.
Semakin banyak permintaan akan suatu saham, hal itu membuat semakin tinggi pula harganya dan sebaliknya jika dikit permintaan maka turun pula harganya.
Semakin banyak persediaan suatu saham, semakin rendah pula harga dan sebaliknya semakin sedikit persediaan maka semakin tinggi pula harganya.
Jadi dalam teori, penawaran umum perdana saham (IPO) adalah harga yang sama dengan nilai pembayaran dividen yang diharapkan masa depan, harga saham berfluktuasi berdasarkan pada penawaran dan permintaan. Banyak kekuatan pasar berkontribusi pada penawaran dan permintaan, begitu pula pada harga saham perusahaan.
Nilai Perusahaan dan Harga Saham Perusahaan
Memahami hukum penawaran dan permintaan itu mudah; namun memahami permintaan bisa sulit. Pergerakan harga suatu saham mengindikasikan apa yang menurut investor bernilai pada si perusahaan.
Tetapi bagaimana para investor menentukan nilai itu? Satu faktor, tentu saja, adalah pendapatan saat ini: berapa banyak laba yang dihasilkannya.
Namun adapula investor yang sering melihat melampaui angka. Dengan kata lain, harga suatu saham tidak hanya mencerminkan nilai perusahaan saat ini — tetapi juga mencerminkan prospek perusahaan, pertumbuhan yang diharapkan oleh para investor di masa depan.
Memprediksi Harga Saham Perusahaan
Ada teknik kuantitatif dan formula yang digunakan untuk memprediksi harga saham perusahaan. Disebut model diskon dividen (dividend discount models / DDM), model ini didasarkan pada konsep bahwa harga saham saat ini sama dengan jumlah total dari semua pembayaran dividen masa depan ketika didiskon kembali ke nilai sekarang.
Dengan menentukan bagian perusahaan dengan jumlah total dividen yang diharapkan di masa depan, model diskon dividen menggunakan teori nilai waktu dari uang (time value of money / TVM).
Model Pertumbuhan Gordon (Gordon Growth)
Ada beberapa jenis model diskon dividen. Salah satu yang paling populer, karena keterusterangannya, adalah model pertumbuhan Gordon. Dikembangkan pada 1960-an oleh ekonom AS Myron Gordon, persamaan untuk model pertumbuhan Gordon diwakili oleh yang berikut:
Present value of stock (Nilai sekarang dari stok) = (dividend per share) / (discount rate (tingkat diskonto ) – growth rate (tingkat pertumbuhan))
Atau, sebagai persamaan:
Penjelasan:
- P = Harga Stok Saat Ini
- g = Tingkat pertumbuhan konstan untuk selamanya
diharapkan untuk dividen - r = Biaya modal ekuitas konstan untuk itu
perusahaan (atau tingkat pengembalian) - D1 =Nilai dividen tahun berikutnya
Contoh Penilaian Harga Saham
Sebagai contoh, katakanlah saham Alphabet Inc. diperdagangkan pada $ 100 per saham. Perusahaan ini memerlukan tingkat pengembalian minimum 5% (r) dan saat ini membayar dividen per saham $ 2 (D 1 ), yang diperkirakan akan meningkat sebesar 3% setiap tahun (g).
Nilai intrinsik (p) dari saham dihitung sebagai: $ 2 / (0,05 – 0,03) = $ 100.
Menurut Model Gordon Growth, saham dinilai dengan benar pada tingkat intrinsiknya. Jika mereka diperdagangkan pada, katakanlah $ 125 per saham, mereka akan dinilai terlalu tinggi sebesar 25%; jika mereka diperdagangkan pada $ 90, mereka akan undervalued sebesar $ 10.
Kesimpulan
Persamaan Gordon Growth Model di atas memperlakukan nilai sekarang saham sama selamanya, yang mengacu pada aliran konstan arus kas identik untuk jumlah waktu tak terbatas tanpa tanggal akhir.
Tentu saja, dalam kehidupan nyata, perusahaan mungkin tidak mempertahankan tingkat pertumbuhan yang sama tahun demi tahun, dan dividen saham mereka mungkin tidak meningkat pada tingkat yang konstan.
Juga, sementara harga saham secara konseptual ditentukan oleh dividen yang diharapkan di masa depan, banyak perusahaan tidak membagikan dividen.
Baca juga kebijakan residual dividen.