Diversifikasi dalam pengertian harfiah berarti penganekaragaman. Bila ini kita terapkan dalam dunia usaha, maka maknanya menjadi lebih spesifik.
Ketika berhadapan dengan dunia bisnis dan investasi, maka diversifikasi lebih menekankan pada penempatan aset dalam ruang bisnis atau investasi yang berbeda. Nantinya ini berkaitan dengan penyusunan portofolio investasi.
Diversifikasi dalam dunia bisnis pada dasarnya erat kaitannya dengan prinsip dasar ekonomi. Ini soal bagaimana memaksimalkan pendapatan dengan nilai usaha yang minimal dan resiko lebih kecil.
Demikian halnya ketika kita menyusun portofolio investasi. Tujuan utamanya adalah memastikan rencana investasi kita menguntungkan dengan hasil optimal namun dengan resiko yang minimal.
Bagaimana penerapan diversifikasi ini dalam portofolio? Bagaimana pula kacamata akuntansi atas diversifikasi perusahaan? Kita akan mencoba menguaknya lebih jauh dalam kesempatan kali ini.
Apa Sebenarnya Diversifikasi Dalam Dunia Bisnis?
Tentu saja semua menyadari bahwa setiap bentuk usaha dan investasi akan ada pengorbanan dan resiko yang harus dihadapi. Di baliknya ada modal yang harus keluar sebagai bentuk pengorbanan.
Termasuk pula tidak menutup fakta bahwa di dalamnya juga terdapat resiko kerugian yang mungkin terjadi. Kemudian juga potensi hasil atau pendapatan yang menjanjikan.
Idealnya, sebuah usaha atau investasi dapat kita jalankan dengan modal yang lebih kecil namun hasil yang besar. Lebih ideal lagi bila juga disertai dengan resiko yang minim.
Tetapi tentu saja di dalam dunia nyata tidak mudah menemukan peluang yang sedemikian ideal. Pada umumnya, investasi atau usaha memiliki nilai resiko, pengorbanan dan hasil yang sejalan dan setara.
Sebuah investasi menjanjikan hasil sangat besar tentu akan membutuhkan modal besar atau justru memiliki tingkat resiko kerugian yang besar. Demikian sebaliknya.
Berangkat dari fakta inilah kemudian dalam dunia bisnis mengenal adanya diversifikasi. Makna sebenarnya dari diversifikasi dalam dunia usaha adalah penganekaragaman usaha atau dan investasi yang dilakukan oleh satu pelaku atau korporasi.
Konsep dasarnya adalah sebuah korporasi atau individu menjalankan sejumlah bentuk usaha atau investasi dalam waktu bersamaan. Sejumlah investasi atau usaha ini memiliki nilai resiko, modal dan potensi yang bervariasi.
Ini sama dengan istilah jangan menaruh telur di keranjang yang sama. Maksudnya jangan meletakan seluruh dana ke dalam 1 usaha atau investasi saja. Lakukan diferensiasi untuk menekan resiko.
Membagi modal untuk dialokasikan dalam sejumlah bentuk investasi atau usaha dalam waktu bersamaan inilah kemudian kita kenal sebagai penyusunan portofolio usaha.
Penyusunan portofolio ini dilakukan dengan memadukan antara usaha dengan resiko rendah dan potensi rendah bersama dengan usaha dengan resiko tinggi dan potensi tinggi.
Anda bahkan bisa memadukan beberapa usaha dalam level resiko dan potensi yang beragam. Untuk kemudian mendapatkan nilai rata-rata atau titik tengah di antara beragam level resiko dan potensi.
Gambaran Mengenai Penyusunan Portofolio Sederhana
Langkah diversifikasi dalam bisnis itu sangat penting. Ini terkait dengan manajemen resiko dalam perusahaan. Untuk dapat mengendalikan tingkat resiko pada level terkendali dan minim. Inilah tujuan akhir dari penyusunan portofolio.
Analogi sederhananya, bisa kita lihat dalam sebuah contoh kecil berikut ini.
Investor A memiliki dana sebesar Rp 10 juta. Dana tersebut dia alokasikan dalam sejumlah investasi. Pada saham A sebesar Rp 4 juta, pada emas sebesar Rp 3 juta dan pada deposito sebesar Rp 3 juta.
Investor B dengan dana yang sama besarnya hanya fokus pada investasi dalam deposito.
Investor C dengan dana yang juga sama hanya fokus pada investasi emas.
Maka, setelah 1 tahun berlalu, berikut kondisi dari dana ketiga investor tersebut.
Investor A mengalami kenaikan harga saham senilai 25%, kenaikan nilai deposito sebesar 5% dan penurunan harga emas hingga 10%. Pada 1 tahun terakhir nilai dananya berkembang menjadi Rp 10.850.000
Investor B hanya memperoleh kenaikan deposito sebesar 5% maka nilai akhir investasinya setelah 1 tahun mencapai Rp 10.500.000
investor C harus berhadapan dengan penurunan nilai emas sebesar 10% hingga nilai dananya setelah investasi 1 tahun justru turun menjadi Rp 9 juta.
Pentingnya Diversifikasi Pada Perusahaan
Dari gambaran di atas, Anda tentu bisa menarik kesimpulan. Bahwa menjalankan diversifikasi pada sebuah usaha akan membantu mengendalikan tingkat resiko investasi secara kumulatif. Sekaligus meningkatkan potensi hasil dari investasi secara kumulatif.
Diversifikasi terutama berperan penting untuk menghilangkan atau meringankan risiko yang tidak sistematis. Risiko tidak sistematis adalah risiko khusus yang terkait dengan satu usaha, bisnis, produk atau investasi tertentu.
Ketika portofolio investasi telah terdiversifikasi dengan baik, investasi dengan kinerja yang kuat akan secara efektif mengkompensasi hasil negatif dari investasi yang berkinerja buruk.
Menerapkan portofolio investasi yang beragam juga memberi keuntungan tersendiri bagi investor. Karena tidak ada lagi ketergantungan pada satu usaha. Bahkan ketika salah satu usaha mengalami penurunan, investor atau pelaku usaha masih memiliki investasi lain untuk bertahan.
Selain itu, diversifikasi tidak melulu disandarkan pada penilaian resiko dan potensi. Penilaian diversifikasi juga bisa berdasarkan pada aspek strategik. Seperti aspek lokasi, kemampuan dan lain sebagainya.
Seperti pelaku usaha kuliner akan lebih baik menjalankan diversifikasi usahanya tetap pada bidang kuliner karena ini ada ruang keahliannya.
Sedang mereka yang berlokasi di daerah perkampusan akan lebih baik untuk fokus pada diverensiasi produk untuk kebutuhan mahasiswa karena alasan potensi lokasinya.
Mereka bisa saja tidak menjalankan diversifikasi, tetapi sebenarnya mereka seolah menyianyiakan potensi yang sudah terbentuk karena usaha mereka sebelumnya.
Pentingnya Diversifikasi :
- Pengendalikan resiko
- Mengoptimalkan keuntungan
- Kompensasi dan Pertahanan dalam usaha
- Memaksimalkan potensi
Jenis Keberagaman Dalam Portofolio
Ada banyak bentuk dari keberagaman dalam investasi dan usaha. Tetapi pada dasarnya, terdapat dua standar dalam membentuk diverensiasi dalam portofolio. Dua standar tersebut adalah sebagai berikut,
Standar vertikal
Dalam bentuk vertikal investasi mengarah pada produk, usaha atau investasi yang level nya berbeda. Ini biasanya terjadi pada portofolio investasi dana. Contohnya pada manajemen investasi atau pada reksadana.
Seseorang dengan dana tertentu mengalokasikan dananya pada sejumlah instrument investasi dengan level resiko dan level potensi yang berbeda. Tujuannya untuk membantu meredam resiko pada level lebih moderat sekaligus memaksimalkan potensi pendapatan.
Misalkan portofolio investasi dengan alokasi pembelian saham, obligasi, berjangka dan lain sebagainya. Masing-masing memiliki tingkat resiko dan potensi berbeda yang dapat saling mengkompensasi satu dengan yang lain.
Pada dunia bisnis, biasanya terjadi ketika perusahaan melepas produk luxury dengan spesifikasi produk lebih unggul dan layanan yang lebih premium dari produk standarnya.
Strategi ini memiliki tujuan berbeda. Cara ini akan menarik konsumen dari kelas berbeda yang tidak tertarik dengan produk standar. Ini dapat memaksimalkan pendapatan sekaligus membantu menutup kekurangan yang mungkin muncul pada produk standar.
Standar horizontal
Standar horizontal dalam penerapan diversifikasi adalah untuk membuka portofolio dalam ragam investasi, produk atau usaha dalam skala atau tingkatan level setara. Bahkan mungkin terjadi substitusi silang.
Anda mungkin bisa melihat bagaimana praktek dari diversifikasi horizontal ini pada perusahaan mie instant. Mereka menghasilkan sejumlah produk merek mie instant dengan harga yang hampir serupa ke pasar. Tujuannya untuk menghimpun minat pasar lebih maksimal.
Setiap produk sebenarnya bisa saling menggantikan, tetapi dengan pendekatan yang berbeda ke pasar. Sehingga terkesan setiap produk memiliki identitas yang berbeda.
Pada dunia investasi, Anda bisa melihat sebuah portofolio yang membeli sejumlah saham dari bidang berbeda tetapi dengan level potensi yang serupa.
Setiap situasi ekonomi akan memberi pengaruh berbeda pada setiap lini bidang. Setidaknya, ketika satu lini bidang sedang lesu, ada lini lain yang sedang bergairah. Ini dapat menjadi kompensasi dari kerugian yang mungkin terjadi.
Portofolio dan Akuntansi
Bagaimana mengaitkan akuntansi, diversifikasi dan portofolio? Ini terletak pada rasio –rasio keuangan yang lazim menjadi standar pertimbangan ketika memutuskan sebuah investasi atau usaha.
Sebelum sebuah investasi atau usaha diajukan untuk menjadi pertimbangan masuk ke dalam portofolio, sebelumnya bagian keuangan dan akuntansi akan melakukan sejumlah perhitungan.
Ini terkait dengan studi kelayakan akan investasi atau usaha tersebut. Dari sini akan terukur secara sistematis, berapa potensi keuntungannya, kapan balik modal, berapa modal yang Anda perlukan, hingga tingkat resikonya.
Tanpa ada perhitungan sistematis ini sulit untuk menentukan nilai dari usaha atau investasi ini. Juga tentu akan menjadi sulit untuk menyusun portofolio yang paling tepat dan menguntungkan.
Karena portofolio yang sehat adalah yang berhasil memadukan sejumlah instrument investasi atau usaha dalam beragam level resiko, modal dan keuntungan sehingga dapat diperoleh tingkat keuntungan dan resiko paling terbaik dan moderat.
Bahkan ketika portofolio sudah berjalan, bagian akuntansi akan terus terlibat untuk memantau ketahanan dan kesuksesan dari investasi tersebut.
Bisa jadi di tengah jalan, pelaku investasi atau pelaku usaha harus merombak format portofolio tersebut dan menemukan instrument penyelamat baru demi menjaga stabilitas keuangan mereka sendiri.
Jadi, akuntansi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses diverensiasi dalam dunia usaha dan investasi. Akuntansi akan berperan dalam menilai potensi dan resiko setiap instrument sampai menilai keberhasilan dari portofolio itu sendiri.
Diverensifikasi menjadi senjata pamungkas dalam dunia investasi dan usaha untuk dapat mengembangkan permodalan dan mengeruk hasil lebih optimal. Sekaligus untuk membantu mengendalikan resiko pada level moderat.