Jurnal pembalik merupakan salah satu bentuk ayat jurnal yang perlu kita buat pada saat penutupan periode akuntansi. Kita juga mengenal adanya jurnal penutup sebagai bagian yang sama dalam proses penutupan periode.
Kita pernah membahas soal pengertian, manfaat dan contoh bentuk dari ayat jurnal pembalik pada kesempatan sebelumnya.
Kali ini kembali kita akan memperdalam pemahaman kita mengenai jurnal pembalik. Utamanya terkait dengan fungsi dan perannya dalam sebuah siklus akuntansi.
Mengapa Jurnal Pembalik Perlu Ada?
Pertanyaan yang paling sederhana yang muncul ketika berhadapan dengan jurnal pembalik adalah mengapa jurnal tersebut harus ada.
Sebagaimana sudah kita bahas sebelumnya, jurnal pembalik merupakan jenis jurnal yang berfungsi menyiapkan data keuangan dan data akuntansi historical perusahaan dalam memasuki periode akuntansi yang baru.
Tetapi mengapa periode akuntansi baru membutuhkan adanya jurnal-jurnal penutupan khusus seperti jurnal pembalik dan jurnal penutup.
Membahas soal ini akan mempertemukan kita pada konsep akuntansi akrual yang menjadi dasar dalam penyusunan jurnal pembalik.
Ini juga akan terkait dengan susunan data dalam laporan keuangan dan bagaimana kolerasinya dengan data pada buku besar.
Apa Sebenarnya Akrual Basis Akuntansi?
Sebelum lebih jauh membahas soal jurnal pembalik, akan lebih baik untuk kita kenali dulu apa sebenarnya konsep dari akrual basis akuntansi.
Dalam dunia akuntansi, dasar penerapan akuntansi sendiri terbagi dalam dua bentuk. Keduanya adalah akrual basis dan cash basis.
Gambaran sederhana dari cash basis adalah penerapan sistem pencatatan akuntansi yang berdasarkan tunai kas. Pencatatan hanya akan dilakukan bila setoran tunai terjadi, baik itu setoran masuk ataupun setoran keluar.
Artinya pengakuan akan pengeluaran dan pendapatan hanya terjadi bila setoran tunai terjadi. Tanpa setoran tunai, maka biaya atau pendapatan dianggap belum terjadi.
Berbeda dengan akrual basis yang justru mengakui adanya pengeluaran dan pendapatan yang terjadi sebelum setoran tunai terjadi. Ini adalah sebuah upaya untuk menghasilkan data keuangan yang lebih akurat dan aktual.
Karena cash basis seolah mengabaikan potensi pendapatan yang berasal dari piutang. Sementara sebenarnya piutang sendiri juga bisa kita lihat sebagai bagian dari kekayaan perusahaan.
Akrual basis berpedoman pada waktu terjadinya transaksi, dan bukan pada terjadinya setoran tunai. Sehingga sebuah transaksi yang pembayarannya sendiri belum selesai tetap perlu untuk diakui keberadaannya.
Konsep ini juga mengakui adanya biaya yang sebenarnya tidak melibatkan adanya setoran tunai. Sebut saja seperti biaya penyusutan aset. Perusahaan tidak secara nyata mengeluarkan uang untuk penyusutan. Tetapi keberadaan biaya ini nyata karena dapat menurunkan nilai dari aset.
Merujuk pada situasi ini kemudian akrual basis membutuhkan adanya jurnal penutupan periode seperti jurnal penutup dan jurnal pembuka.
Jurnal Penyesuaian dalam Akrual Basis Akuntansi
Akrual basis akuntansi mengharuskan kita membuat sejumlah ayat jurnal penyesuaian terkait dengan pengakuan-pengakuan khusus. Ini terkait dengan beberapa aspek seperti berikut ini.
- Biaya dan pendapatan yang status pembayarannya belum terselesaikan
Perusahaan memiliki sejumlah pos biaya dan pendapatan yang transaksinya belum terselesaikan. Biasanya karena aspek sistem kesepakatannya yang belum tuntas.
Sehingga belum dalam kita kategorikan sebagai hutang atau sebagai pengeluaran kas. Atau sebagai piutang atau penerimaan kas.
Ini harus kita akui sebagai biaya, karena memang transaksinya berlangsung pada periode pelaporan. Tetapi karena transaksinya belum selesai harus diakui sebagai pendapatan atau biaya di masa akan datang.
Lebih tepatnya transaksi ini diakui sebagai biaya yang masih harus dibayar atau pendapatan yang masih akan diterima.
- Situasi-situasi yang dapat mengurangi atau menambah aset
Pada kasus ini kita bisa melihat pada contoh penyusutan. Pada dasarnya penyusutan tidak termasuk bentuk transaksi real. Karena sebenarnya tidak ada kontak transaksi apalagi proses serah terima dana.
Tetapi karena sebuah aset tetap membutuhkan adanya perhitungan nilai ekonomis dan nilai residu. Maka penyusutan menjadi lebih wajib. Penyusutan inilah yang menjadi bagian yang penting untuk Anda masukan dalam jurnal pembalik.
Jurnal Penutupan Pada Akrual Basis Akuntansi
Sistem pencatatan dengan berdasarkan waktu transaksi terjadi menjadi keterbatasan dari akrual basis. Untuk mengatasi itu kemudian muncul ayat jurnal penyesuaian. Namun, bersamaan dengan itu harus ada penyesuaian kembali di akhir periode.
Fokus dari penutupan ini adalah memastikan setiap akun dalam buku besar berada pada saldo yang tepat. Sehingga siap untuk menghadapi periode akuntansi berikutnya.Konsep saldo yang tepat merujuk pada keterkaitan akun tersebut dengan laporan keuangan.
Jurnal penutupan sendiri sebagaimana dijelaskan di atas terbagi dalam dua bentuk, yakni jurnal penutup dan jurnal pembalik. Sebelumnya kami juga sudah membahas soal jurnal penutup dalam laman ini.
Peran Jurnal Pembalik Pada Sistem Akrual Basis Akuntansi
Kita coba fokus pada apa sebenarnya peran dari ayat jurnal pembalik. Sebagaimana dijelaskan di atas, salah satu poin penting yang harus tercantum dalam jurnal penyesuaian adalah pengakuan atas pendapatan atau biaya masa depan dari transaksi yang telah terjadi saat ini namun belum terselesaikan.
Karena belum terselesaikan, transaksi itu belum dapat kita putuskan sebagai transaksi hutang piutang atau transaksi tunai. Karena posisinya itu, transaksi itu tidak dapat kita catat dalam jurnal umum atau jurnal khusus.
Tetapi sesuai dengan prinsip dari akrual basis, transaksi tersebut harus diakui dalam pembukuan. Karena transaksi tersebut berlangsung selama masa periode pelaporan.
Hanya saja, pada akhir periode kita juga harus mengembalikan status transaksi itu sebagai transaksi yang belum terselesaikan. Sehingga ketika akhir diputuskan bagaimana pembayaran transaksi berjalan, tidak akan memunculkan pengakuan ganda.
Gambaran pembuatan ayat jurnal pembalik
Untuk memudahkan Anda memahami bagaimana konsep dari jurnal pembalik. Berikut adalah contoh kasus yang bisa membantu Anda memperoleh gambaran lebih jelas.
Pada tanggal 25 Agustus telah terjadi penjualan atas barang dagangan seharga Rp 25.000.000. Hanya saja perusahaan belum merilis faktur atas transaksi tersebut dan belum disepakatinya sistem pembayaran atas transaksi tersebut.
Untuk pelaporan akhir bulan agustus, bagaimana transaksi tersebut diakui dalam jurnal penyesuaian?
Pendapatan Yang Belum Diterima Rp 25.000.000
Penjualan Rp 25.000.000
Kemudian setelah pelaporan keuangan bulan agustus rampung, saatnya membuat jurnal pembalik atas transaksi belum tuntas tersebut. Berikut bentuk ayat jurnal pembaliknya.
Penjualan Rp 25.000.000
Pendapatan Yang Belum Diterima Rp 25.000.000
Ini menjadikan transaksi tersebut kembali diakui sebagai transaksi yang belum rampung. Bila pada tanggal 3 September pihak pembeli memutuskan membeli secara piutang, berikut adalah gambarannya pengakuannya.
Piutang Dagang Rp 25.000.000
Penjualan Rp 25.000.000
Mengapa Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Pembalik Perlu Ada?
Menarik untuk kita cermati, bahwa dalam akuntansi ada beberapa langkah pencatatan yang terkadag terkesan sulit untuk Anda mengerti.
Mengapa kita perlu membuat penyesuaian bila kemudian harus kita kembalikan pada posisi semula? Apa tujuannya penyesuaian dan pembalikan ini?
Terlepas dari bentuk ayat-ayat lain dalam jurnal penyesuaian, keterkaitan antara jurnal penyesuaian dengan jurnal pembalik adalah pengakuan atas transaksi yang belum terselesaikan.
Meski transaksi ini belum mencapai kesepakatan, tetapi serah terima barang sebenarnya sudah berlangsung. Sehingga telah terjadi pengakuan adanya pengurangan barang di dalam gudang. Dengan kata lain transaksi ini sudah mempengaruhi data dalam inventori.
Meski demikian transaksi ini belum dapat kita catat dalam jurnal umum atau jurnal khusus. Karena belum ada faktur atau kesepakatan bersama apakah transaksi tersebut akan dibayar secara tunai atau dengan kredit.
Bila kesepakatan dalam transaksi tersebut belum mencapai penyelesaian hingga akhir masa pelaporan keuangan, maka tidak ada pilihan selain mengakui adanya transaksi belum terselesaikan.
Ini karena transaksi tersebut telah mempengaruhi persediaan. Juga untuk mengakui adanya penjualan tersebut sebesar Rp 25.000.000, meski statusnya belum terselesaikan.
Karena penjualan dalam bentuk apapun penting sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan perusahaan. Seberapa besar penjualan dalam satu periode berperan dalam melihat kinerja perusahaan secara rasional.
Namun demikian, faktanya transaksi ini tetap belum selesai. Sehingga pada akhir periode, status transaksi ini harus kembali. Demi memudahkan pencatatan ketika transaksi tersebut terselesaikan.
Bila tidak dikembalikan dengan jurnal pembalik, bisa jadi akan muncul dua pengakuan atas transaksi ini. Akan muncul dua penjualan pada pencatatan yang akhirnya memunculkan data palsu.Inilah mengapa setelah menuntaskan laporan keuangan, Anda perlu membuat jurnal pembalik.