Koersif adalah tindakan atau perlakuan yang keras pada karyawan untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Menerapkan perlakuan ini sangat wajar ketika performa kerja karyawan menurun dan terjadi dalam waktu lama. Namun, apa saja dampak dan contoh penerapan koersif pada karyawan?
Nah, artikel ini akan membahas soal pengertian koersif dan contoh-contohnya. Selain itu, dampak negatif dan positif atas penerapan metode ini juga sudah kami siapkan untuk bahan pertimbangan Anda. Jadi, silahkan simak artikel ini hingga selesai untuk mengetahui pengertian koersif dan semua informasi yang tercakup di dalamnya.
Koersif Adalah
Nah, memangnya apa itu koersif? Koersif adalah jenis tindakan yang menunjukan kekuasaan dengan menggunakan kekuatan, ancaman dan hal lainnya untuk mencapai suatu hasil.
Tindakan atau penerapan koersif ini dapat Anda lihat dengan adanya ancaman seperti pemecatan, potong gaji, hingga penurunan jabatan. Menerapkan hal ini sangat penting karena tanpa adanya ancaman dan tindakan tegas, seorang karyawan akan memiliki performa kerja yang stagnan bahkan menurun.
Selain itu, tindakan koersif juga dapat merangsang seseorang untuk meningkatkan upayanya dalam bekerja. Hal ini yang tidak dapat ia terapkan dalam diri mereka sendiri. Ya, beberapa karyawan yang ingin meningkatkan kinerjanya dengan memotivasi diri sendiri seringkali tidak lebih baik daripada mereka yang mendapatkan tekanan berupa ancaman.
Nah, biasanya, kekuatan koersif diterapkan ketika iming-iming imbalan tidak berhasil memotivasi kinerja karyawan. Seperti yang Anda ketahui, beberapa posisi seperti sales, marketing, pekerja lapangan dan lainnya merupakan posisi yang kerap mendapatkan iming-iming hadiah.
Hadiah tersebut akan mereka dapatkan jika mereka memiliki performa yang tinggi dalam suatu periode tertentu, seperti seminggu, per dua minggu atau sebulan. Beberapa orang akan sangat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya ketika mendengar hal ini. Namun tidak berlaku untuk semua orang.
Ya, beberapa orang yang memegang posisi tersebut pun tidak cukup termotivasi ketika mendengar iming-iming hadiah atau bonus. Hal tersebut bisa menurunkan kinerja mereka dan merugikan perusahaan. Ketika atasan melihat hal tersebut, tindakan koersif berupa ancaman biasanya akan diterapkan.
Jika setelah penerapan tindakan koersif seorang karyawan menjadi berubah ke arah lebih baik, maka atasan akan mempertahankan posisinya dan memberikannya bonus yang dijanjikan. Namun, jika hal tersebut tidak dapat merubah kinerjanya, maka merealisasikan ancaman adalah pilihan terakhir, misalnya pemecatan.
Alasan Penerapan Koersif pada Karyawan
Karyawan yang mengendurkan kinerjanya dapat menurunkan performa perusahaan dan menghambat kemajuan tempat ia bekerja. Tipe karyawan semacam itu biasanya hanya berfokus pada kepentingan pribadi dan bukan bersama.
Jika ia bekerja dalam tim, ia bekerja lebih sedikit dan berharap mendapatkan apresiasi lebih. Hal ini sangat berbahaya untuk jangka panjang dan pendek. Terlebih, jika sikapnya ini ditiru oleh karyawan lain, tentu dampak buruknya akan sangat besar.
Nah, tindakan koersif yang diterapkan akan memotivasi karyawan tersebut untuk berubah dengan meningkatkan kinerjanya. Beberapa contoh sederhana tindakan koersif yang diterapkan dalam lingkungan kerja adalah ancaman.
Ya, seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, ancaman berupa pemecatan, hilangnya bonus, potong gaji hingga penurunan jabatan sangat kerap dijumpai. Meskipun terdengar kejam namun tentu saja cara ini berhasil. Salah satu kunci keberhasilan tindakan ini adalah kesadaran karyawan tersebut akan kerugian jangka panjang yang bisa ia terima.
Beberapa kerugian seperti tidak memiliki nafkah, tidak dapat melunasi hutang, imagenya di keluarga dan tetangga serta kerugian lainnya tentu akan ia bayangkan. Dengan begitu, ia akan termotivasi untuk memberikan yang terbaik meski kurang ia sukai.
Dua Macam Kekuatan Koersif
Kekuatan koersif terbagi menjadi dua, yaitu koersif langsung dan tidak langsung. Mari kita bahas satu per satu
Koersif Langsung
Seperti namanya, koersif langsung berbentuk ancaman langsung yang biasanya jarang didengar oleh karyawan di sana. Ancaman ini biasanya datang ketika perusahaan mendapatkan deadline dari klien dan menuntut pekerja untuk bekerja lembur.
Nah, ketika pekerja tersebut menolak lembur maka atasan akan menerapkan koersif langsung berupa ancaman pemecatan. Ketika ancaman pemecatan ini tidak dapat merubah keputusan si pekerja, maka pemberian tanda tangan di surat PHK akan langsung dilakukan.
Koersif Tidak Langsung
Berbeda dengan koersif langsung, koersif tidak langsung merupakan ancaman yang baru sampai pada tahap bayangan atau tersirat. Biasanya hal ini timbul di benak karyawan ketika melihat pengalaman karyawan lain atau sikap atasannya.
Misalnya, ketika seorang pekerja belum juga menyelesaikan pekerjaannya hingga jam pulang. Ia akan membayangkan muka atasannya yang marah dan akan memecatnya. Hal ini bisa mendorongnya untuk mengambil lembur hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya bahkan jika ia tidak diberi bonus atas jam lemburnya tersebut.
Padahal, jika ia nekat untuk tidak lembur pada hari itu pun, bosnya hanya memarahi dia saja dan tidak sampai memecatnya. Koersif tidak langsung ini akan memberi tekanan batin pada diri pekerja tersebut hingga memotivasinya untuk menyelesaikan pekerjaan di hari itu juga.
Contoh Penerapan Kekuatan Koersif pada Lingkungan Kerja
Karena koersif bermakna ancaman yang keras, tentu saja dampaknya akan sangat keras dan bisa mempengaruhi perasaan karyawan tersebut. Nah, berikut ini terdapat sederet contoh tindakan koersif yang umum terjadi pada setiap perusahaan di dunia ini.
- Ancaman PHK dengan batas jumlah toleransi
- Pemecatan sekaligus menyeretnya ke jalur hukum, biasanya untuk kesalahan fatal seperti kolusi dan korupsi
- Pemberian Surat Peringatan (SP1, 2, 3)
- Pemindahan posisi atau proyek ke tempat yang tidak mereka inginkan
- Penurunan jabatan di divisi kerjanya
- Memaksa karyawan untuk lembur disertai ancaman PHK
- Memarahi karyawan di depan karyawan lainnya
- Tidak melibatkan karyawan yang bersalah pada proyek-proyek penting untuk jangka waktu tertentu
- Memotong atau bahkan menahan bonus
Dampak Positif Tindakan Koersif
Pada dasarnya tindakan koersif sudah ada sejak puluhan hingga ratusan tahun yang lalu. Hal ini terus dipertahankan karena memiliki dampak positif sehingga menguntungkan atasan dan perusahaan. Berikut adalah 5 dampak positif penerapan tindakan koersif di lingkungan kerja.
Produktivitas Meningkat
Ancaman dan hukuman yang terjadi secara merata dapat memotivasi seseorang untuk bekerja lebih baik. Selain bekerja lebih baik, kesalahan dan pelanggaran terhadap prosedur perusahaan pun bisa berkurang.
Orang yang takut terhadap ancaman dari perusahaan akan berusaha untuk memberikan yang terbaik. Malah, untuk beberapa kasus, karyawan tersebut memberi yang terbaik sehingga dapat mencapai banyak posisi di perusahaannya.
Efisiensi Meningkat
Efisiensi akan meingkat ketika atasan menerapkan tindakan koersif di lingkungan kerja. Hal ini bisa terjadi karena karyawan yang takut dengan ancaman akan memberikan yang terbaik pada perusahaan.
Selain bekerja tepat waktu, karyawan tersebut akan meminimalisir kesalahan dengan mengecek kembali hasil pekerjaannya sebelum ia serahkan pada atasan. Bahkan, ia akan bekerja lebih berhati-hati untuk menghindari ketidaksesuaian hasil dengan prosedur perusahaan.
Dapat Menekan Angka Pelanggaran Aturan
Pelanggaran biasa terjadi ketika seorang karyawan menyepelekan sebuah aturan dan ancaman. Maka dari itu, tindakan koersif secara langsung dapat diterapkan ketika seseorang kedapatan melanggar prosedur atau peraturan yang berlaku.
Ya, ancaman yang direalisasikan pada pelanggar aturan dapat meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan angka pelanggaran. Selain menciptakan kondisi kerja yang kondusif hal ini juga bisa meningkatkan kinerja perusahaan.
Keselamatan Kerja yang Meningkat
Perusahaan yang bergerak di bidang produksi atau manufaktur memiliki resiko kerja yang tinggi. Maka dari itu, sederet aturan soal keselamatan kerap terpasang pada lingkungan kerja, terutama pada bagian produksi.
Namun, sayangnya masih banyak pihak yang tidak menerapkan hal ini. Padahal, ketika adanya kecelakaan kerja, mereka sendiri yang merugi. Maka dari itu, penerapan tindakan koersif sangat penting pada kondisi seperti ini.
Orang yang menyepelekan keselamatan dalam bekerja akan menerapkan prosedur yang ada, meski hanya sekedar formalitas. Dengan begitu, keselamatan bekerja bisa meningkat dan nama baik perusahaan juga terjaga.
Meminimalisir Kesalahan Fatal
Salah satu tindakan yang bisa meminimalisir kesalahan adalah pemantauan yang ketat pada proses kerja karyawan. Jika pengawasan mengendor, maka karyawan memiliki kesempatan untuk bekerja tanpa memperhatikan prosedur yang ada.
Padahal, dengan tidak menerapkan prosedur yang ada membuat hasil kerja menyimpang dari standar dan menurunkan kualitas barang dan jasa. Kondisi ini tentu dapat merusak citra perusahaan dan merugikan banyak pihak.
Dampak Negatif Tindakan Koersif
Selain memberikan dampak positif, ternyata tindakan koersif di lingkungan kerja juga dapat memberikan dampak negatif. Nah, berikut adalah dampak negatif yang dapat Anda lihat dan rasakan dari penerapan tindakan koersif.
Merenggangkan Hubungan Karyawan dengan Atasan
Tindakan koersif membuat atasan tampak kejam, terlebih jika hal itu sering terjadi. Maksudnya, atasan menjadi suka mengancam dan memarahi karyawan meski hal itu sebenarnya tidak perlu.
Hal ini akan merenggangkan hubungan antara karyawan dan atasan. Malah, kondisi ini tidak hanya di tempat kerja saja, namun bisa menjalar di luar jam kerja. Meski hal itu mungkin tidak berdampak buruk terhadap atasan, namun menjaga hubungan baik satu sama lain memang penting.
Kepercayaan pada Atasan yang Menurun
Seperti yang diungkapkan di atas, tindakan koersif bisa merenggangkan hubungan antara karyawan dan atasan. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak diperhatikan dan disepelekan dalam benak karyawan.
Padahal kepercayaan tidak hanya berlaku untuk atasan kepada karyawan saja, melainkan juga dari karyawan untuk atasan. Jika atasan selalu mengandalkan rasa takut karyawan untuk mendapatkan hasil terbaik, maka kondisi ini bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat.
Menghambat Inovasi
Atasan yang kaku dan suka mengancam membuat karyawan tidak leluasa dalam mengutarakan pendapat. Padahal, pendapat yang diutarakan oleh karyawan bisa mengandung ide yang bermanfaat untuk memajukan perusahaan.
Maka dari itu, tindakan koersif yang kerap dilakukan dan ditonjolkan oleh atasan, membuat perusahaan tidak bisa bergerak maju dengan cepat. Hal ini bisa menghambat perusahaan bergerak cepat dan bahkan menyandung perusahaan tersebut.
Kepuasan Kerja Menurun
Kepuasan kerja yang menurun pasti akan mempengaruhi kinerja, efisiensi dan tingkat retensi, baik dalam jangka panjang atau pendek. Padahal, banyak karyawan tidak ingin hanya bekerja dan mendapatkan gaji, melainkan terlibat juga dalam beberapa hal.
Nah, penerapan koersif bisa membuat posisi karyawan dipandang sebelah mata dan menganggap keputusan atasan adalah yang terbaik. Tentu saja, hal ini bisa merugikan perusahaan dalam jangka panjang.
Demikianlah artikel yang yang berjudul koersif adalah : pengertian, dampak dan contoh penerapannya pada karyawan, semoga bermanfaat!