Pemborosan, berlebih-lebihan, inefisiensi, atau kata lainnya konsumtif adalah perilaku negatif seseorang yang bisa berujung pada krisis finansialnya.
Inilah kenapa banyak orang yang menghimbau untuk bisa mengendalikan diri dari perilaku negatif tersebut.
Apabila Anda salah seorang yang memiliki perilaku tersebut, ada baiknya untuk mencari tahu dampak dan tips dalam mengatasinya di bawah ini.
Konsumtif Adalah
Menurutkan KBBI, arti konsumtif adalah tindakan bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri), atau bergantung pada hasil produk orang lain.
Merriam-Webster sendiri mendefinisikan konsumtif sebagai kecenderungan mengkonsumsi, sifat dan perilaku yang berhubungan dengan konsumsi atau terpengaruh dengan konsumsi.
Sementara menurut Setiaji dalam Konsumerisme (1995), menyebutkan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku yang berlebihan dan membabi buta dalam membeli suatu barang.
Sederhananya, Konsumtif adalah lawan kata dari Produktif. Jika Produktif memiliki makna konotasi yang lebih positif sebab sifatnya yang menghasilkan, maka konsumtif merujuk pada konotasi negatif, tindakan pemborosan.
Tentu saja, perilaku ini bisa menimbulkan dampak yang buruk, baik bagi diri sendiri, perekonomian, maupun lingkungan.
Perilaku ini berkaitan erat dengan gaya hidup individu yang senang membelanjakan uang tanpa pertimbangan atau pikir panjang. Konsumtif sendiri merupakan wujud dari konsumerisme.
Umumnya, perilaku ini didasarkan pada sifat manusia sebagai makhluk yang tidak pernah puas. Perilaku ini dipicu oleh dorongan kuat rasa ingin memiliki barang-barang tertentu, misalnya barang trendy, barang terbaru, dan lainnya.
Bahkan, sebagian dari mereka juga terpengaruh oleh iklan, media sosial, hingga budaya konsumerisme.
Sebagai informasi Konsumerisme dalam KBBI diartikan sebagai gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah (tersier) sebagai total ukur kebahagian, kesenangan dan lainnya. Ada juga yang beranggapan, ini merupakan budaya pemborosan/tidak hemat.
Pada dasarnya orang dengan pola hidup konsumtif cenderung memprioritaskan keinginannya dibandingkan kebutuhan yang sebetulnya. Mereka sering tidak memikirkan konsekuensi finansial jangka panjang yang bisa berdampak negatif terhadap dirinya sendiri.
Ciri-Ciri Perilaku Konsumtif
Untuk mengenali orang-orang yang berperilaku boros ini dapat dilihat dari ciri dan karakteristik berikut ini:
Membeli Sesuatu yang Tidak Sesuai dengan Rencana
Ketika Anda membuat rencana mengenai apa yang harus dibeli, akan tetapi secara konsisten selalu lebih dari yang diperkirakan, maka artinya Anda sudah jatuh ke dalam perilaku konsumerisme.
Keliru dalam Melakukan Pembelian
Sering keliru dalam membeli barang-barang yang sudah dimiliki merupakan salah bentuk sikap pemborosan.
Apalagi jika Anda mendapatkan sesuatu hanya untuk menyadari bahwa Anda telah memilikinya, maka kemungkinan Anda sudah berada jauh dalam siklus konsumerisme.
Pembelian Melampaui Besarnya Anggaran
Mungkin di beberapa waktu Anda melakukan kesalahan dalam memprediksi seberapa banyak pengeluaran atau belanja bulanan.
Namun, jika menetapkan anggaran secara realistis dengan pertimbangan yang matang, tetapi masih saja menghabiskan anggaran bahkan melampauinya, maka terbukti Anda sudah berperilaku boros.
Sering Membeli Barang dengan Kredit
Pada dasarnya, membeli barang menggunakan kredit tidak selalu identik dengan sikap konsumtif, sebab sebagian dari mereka ada yang bersikap produktif dalam menggunakan fitur kredit, semisalnya membeli barang untuk membuka usaha.
Hal ini berbeda ketika Anda menggunakannya untuk membeli suatu barang dengan tujuan yang tidak jelas, bukan didasarkan pada kegiatan yang menghasilkan, contohnya membeli gadget untuk style life, sedangkan gadget lamanya masih berfungsi baik.
Membeli sesuatu karena didasarkan pada gaya hidup bukan kebutuhan utama merupakan perilaku yang harus diwaspadai, terutama transaksi yang dilakukan menggunakan kartu kredit.
Sebab, pembelian di luar kemampuan finansial bisa berdampak pada krisis perekonomian.
Kehabisan Ruang Penyimpanan
Dampak dari perilaku di atas bisa berakhir pada ruang penyimpanan barang yang mulai habis. Kehabisan ruang penyimpanan menjadi tanda ada banyak barang yang telah dibeli, dan hal ini menjadi bukti sifat konsumtif.
Menyesali Pembelian
Terakhir tanda paling jelas bahwa Anda memiliki kebiasaan perilaku boros ialah menyesali barang yang dibeli di akhir. Biasanya, rasa penyesalan ini merupakan perasaan luar biasa yang ingin dihindarinya.
Pemicu Gaya Hidup Konsumtif
Perilaku boros tentunya terjadi bukan karena tidak ada sebab, ada beberapa hal yang mempengaruhinya, di antaranya:
Media Sosial dan Iklan
Dua media ini menjadi pemicu utama yang membuat orang terdorong untuk melakukan pembelian. Iklan agresif yang tersebar di berbagai saluran media sosial mempengaruhi persepsi konsumen dan memicu rasa ingin melakukan pembelian.
Budaya Konsumerisme
Sikap dan budaya konsumerisme yang menganggap kepemilikan suatu benda sebagai prestise dan status sosial bisa mempengaruhi peningkatan perilaku pemborosan.
Tekanan untuk terus mendapatkan barang-barang baru dan tren membuat orang lebih mengabaikan pertimbangan yang rasional dalam anggaran yang harus dikeluarkannya.
Perkembangan Teknologi
Canggihnya teknologi saat ini terutama dalam bidang e-commerce dan aplikasi belanja online yang memiliki aksesibilitas mudah seringkali memicu perilaku konsumtif.
Dengan adanya kemudahan dan aksesibilitas pada berbagai produk melalui ponsel genggam, seseorang bisa dengan cepat melakukan transaksi barang hanya dengan beberapa klik saja.
Contoh-contoh Perilaku Konsumtif
Adapun bentuk perilaku konsumtif yang dapat Anda ketahui di antaranya:
Melakukan Pembelian Barang yang Tidak Dibutuhkan
Contoh perilaku boros adalah kecenderungan seseorang untuk membeli barang-barang yang sebetulnya tidak dibutuhkannya.
Hal ini terjadi ketika seseorang tergoda dengan produk yang menarik secara visual atau dipengaruhi oleh tren booming.
Tanpa adanya pertimbangan matang apakah barang tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya, mereka akan langsung melakukan pembelian ketika mulai tergoda.
Kecanduan Belanja Online
Belanja online memang aktivitas yang populer akhir-akhir ini, sebab mereka mendapatkan aksesibilitas terhadap produk yang sedang dicari atau dibutuhkan melalui ponsel genggamnya.
Sayangnya, kemudahan berbelanja online kerap kali disalahartikan, banyak dari mereka yang berakhir pada perilaku konsumtif, yakni melakukan pembelian dengan terlalu sering dan berlebihan.
Tentunya, kecanduan belanja online bisa mengarah pada pengeluaran yang tidak terkontrol, dan menyebabkan keseimbangan keuangan seseorang menjadi terganggu.
Pemakaian Kartu Kredit yang Berlebihan
Memiliki kartu kredit bukan berarti Anda bisa menggunakannya sesuka hati. Umumnya penggunaan kartu kredit memicu seseorang untuk terus menggunakannya untuk transaksi belanja tanpa berpikir panjang terkait kemampuannya dalam melunasi biaya tersebut.
Akibat dari penggunaan kredit yang berlebihan dapat memicu hutang yang berkali-kali lipat, tak sedikit juga kasus gagal bayar kartu kredit dan berakhir pada krisis keuangan yang susah diatasi.
Kerugian Gaya Hidup Konsumtif
Mengingat perilaku hidup konsumtif adalah tindakan negatif yang mengarah pada pembelian atau transaksi keuangan secara berlebihan, maka jelas bisa berakibat pada kerugian hidup sendiri.
Adapun rangkuman kerugian yang dimaksud mencakup:
- Pengeluaran uang belanja menjadi membludak, padahal barang yang dibelinya bukan kebutuhan penting
- Nafsu berbelanja menjadi sulit terkontrol akibat rasa keinginannya
- Sulitnya membedakan antara rasa keinginan dan kebutuhan
- Timbulnya perilaku hedonisme dan boros yang sulit dikontrol
- Kesempatan menabung kian berkurang, bahkan hilang
- Tidak memiliki dana darurat akibat sulit menyisihkan uang pendapatan
- Cenderung tidak mampu menyiapkan kebutuhan mendatang
- Menimbulkan kecemburuan sosial sebab melihat gaya hidup dan barang yang dimiliki oleh orang lain, hal ini berakhir menimbulkan keinginan untuk meniru dan membeli
- Lebih dari itu, perilaku konsumtif juga bisa berakibat pada ketidaksetaraan global, obesitas, serta polusi dan kelangkaan sumber daya
Lantas, Bagaimana Cara Untuk Mengatasi Sikap Konsumtif?
Ada beberapa aspek yang dapat membantu Anda dalam mengatasi sikap dan perilaku hidup konsumtif, di antaranya:
Membuat Prioritas Pengeluaran
Untuk mengendalikan diri dapat dimulai dengan membuat prioritas pengeluaran. Tentu saja, bukan hanya membuat prioritas, Anda juga harus taat terhadap prioritas tersebut.
Anda harus berpikir panjang jika tergoda untuk melakukan konsumsi selain dari prioritas tersebut. Hal ini juga membantu Anda untuk mengatasi kebiasaan belanja secara impulsif.
Membuat Anggaran Biaya
Selanjutnya Anda bisa membuat anggaran biaya guna untuk mengecek daftar prioritas dapat terpenuhi dengan pendapatan yang diperoleh saat itu.
Anda harus pandai dalam membuat anggaran dengan menempatkan uang pada pos-pos penting pengeluaran.
Dengan adanya rencana pengeluaran yang matang, ini bisa membuat Anda lebih fokus untuk memenuhi anggarannya.
Selain itu, Anda juga bisa tahu terkait daya beli sehingga dapat menghindari belanja secara berlebihan yang bisa berakibat pada minusnya rencana keuangan.
Mencatat Setiap Pengeluaran
Membuat anggaran saja tidak cukup, maka harus diimbangi dengan membuat catatan pengeluaran.
Hal ini penting dilakukan agar Anda dapat melacak terkait pengeluaran yang sudah dilakukan, apakah sudah sesuai dengan anggaran atau tidak.
Lebih dari itu, membuat catatan pengeluaran juga bisa memberikan efek psikologis. Di mana saat Anda melihat catatan pengeluaran yang sudah tinggi di hari itu, maka keesokannya Anda akan terdorong untuk melakukan penghematan dan mengontrol diri dari pengeluaran yang tidak terduga.
Menabung dan Berinvestasi
Menabung dan berinvestasi dapat membantu perekonomian menjadi lebih baik. Dengan memilih instrumen investasi yang tepat dan sesuai dengan profil risikonya, Anda bisa mendapatkan banyak keuntungan.
Selain menabung dan berinvestasi, jangan lupa untuk menyisihkan sebagian uang untuk berbuat kebaikan seperti sedekah atau donasi.
Kurangi Melakukan Kegiatan Bepergian
Bepergian sebatas untuk melepas penat dari kesibukan pekerjaan sehari-hari, boleh-boleh saja bahkan ini juga penting bagi kesehatan psikis.
Namun perlu diingat, keseringan melakukan bepergian juga termasuk pada perilaku konsumtif.
Maka dari itu, Anda harus mengurangi tindakan bepergian, khususnya bepergian ke mal yang mendorong Anda untuk melakukan belanja secara impulsif.
Beli Apa yang Dibutuhkan Saja
Terakhir hal penting yang dapat membantu Anda untuk mengendalikan diri dari sikap perilaku konsumtif ialah membeli barang-barang yang dibutuhkan saja.
Anda harus berpikir berkali-kali ketika hendak melakukan pembelian yang bukan dari daftar prioritas kebutuhan.
Selain hemat uang, angka konsumsi yang rendah pun berpengaruh baik terhadap lingkungan, semisalnya jumlah sampah berkurang.
Anda juga bisa menerapkan gaya hidup minimalis yang berprinsip pada Zero Waste, di mana Anda bisa menggunakan barang berulang kali.
Selain dari tindakan mengatasi, Anda juga bisa menghindari perilaku negatif ini dengan sejumlah cara, di antaranya:
- Berhenti melakukan tindakan tiru-meniru gaya hidup orang lain yang bukan kemampuan diri Anda
- Mengenali kemampuan diri khususnya secara finansial
- Mencari makna atau kegunaan produk yang akan dibeli
- Menghitung setiap biaya transaksi dari proses pembelian
- Melakukan uji batas untuk mengontrol diri dari tindakan konsumtif, semisalnya 30 hari tanpa melakukan bepergian atau refreshing
Demikian itulah penjelasan terkait sikap dan tindakan perilaku konsumtif yang harus kamu hindari dengan tips dan cara mencegahnya.