Pada kesempatan sebelumnya, kita telah membahas masalah biaya overhead. Pada kesempatan kali ini kita akan mencoba menguak lebih mendalam lagi soal salah satu pos biaya operasional tersebut.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, biaya overhead merupakan seluruh pos biaya yang tidak secara langsung berkaitan dengan proses produksi barang. Namun keberadaan biayanya dapat kita kaitkan dengan aktivitas produksi.
Yang menarik, perhitungan dari biaya overhead ini kerap menjadi perdebatan. Karena ternyata satu metode dengan metode lainnya tidak selamanya cocok Anda terapkan di perusahaan yang sama.
Ada sejumlah metode perhitungan yang memiliki karakter dan pendekatan masing-masing. Pada kesempatan kali ini kita akan mencoba membahas salah satu metode dalam menghitung biaya overhead.
Meski cara ini tidak terlalu populer, tetapi justru dianggap menunjukan akurasi perhitungan lebih baik dari metode lainnya. Terutama bila Anda terapkan pada perusahaan yang memiliki produk bervariasi dengan sistem prosedur produksi yang beragam dan kompleks.
Cara tersebut disebut sebagai metode ABC. Bagaimana cara menghitung overhead dengan metode ABC ini? Apa pula konsep dasar dari perhitungan dengan metode tersebut?
Memahami Lebih Baik Biaya Overhead
Biaya overhead merupakan biaya yang sifatnya akan menambah harga pokok dari sebuah produk. Harga pokok produksi atas suatu produk akan terbentuk dari biaya tetap produksi dan biaya variabel produksi.
Setelah Harga Pokok Produksi Anda dapatkan, Anda akan lanjutkan perhitungan pada Harga Pokok Penjualan. Ini akan menjadi besaran harga dasar sebelum Anda menghitung margin keuntungan dan harga jual.
Biaya dalam pos overhead memang terpisah dari jenis biaya produksi lain. Ini karena pengaruhnya terhadap proses produksi yang berbeda.
Biaya produksi sendiri terbagi dalam biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap berkaitan dengan biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi. Tetapi, besarannya tidak akan terpengaruh oleh banyak atau sedikitnya jumlah produk.
Sedang biaya variabel adalah biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi tetapi besarannya akan terpengaruh oleh banyak atau sedikitnya jumlah produk.
Biaya tetap contohnya adalah tenaga kerja bulanan yang nilai gajinya akan tetap berapapun banyaknya produksi yang dihasilkan. Sedang contoh biaya variabel adalah bahan baku yang jumlahnya akan sesuai dengan banyak tidaknya produksi.
Lalu bagaimana dengan pos pembiayaan overhead? Apa yang membuatnya berbeda dari biaya tetap dan biaya variabel?
Biaya overhead kadangkala tumpang tindih dengan biaya tetap. Beberapa perusahaan meletakan biaya listrik pada pos biaya tetap. Sedang perusahaan lain menjadikan biaya listrik sebagai biaya overhead.
Ini karena biaya listrik secara umum dianggap sama berapapun banyak jumlah produksi. Tetapi sebenarnya juga masuk kategori biaya overhead, karena berkaitan secara tidak langsung dengan proses produksi.
Apa karakteristik biaya overhead?
Untuk dapat mengenali apa yang masuk beban overhead dan bukan masuk ke dalam pos biaya tetap atau biaya variabel. Anda perlu memahami dulu alasan sebuah biaya masuk kategori overhead.
Pada dasarnya, sebuah beban masuk dalam kategori overhead karena beban tersebut tidak memiliki kolerasi langsung dengan proses produksi. Namun, bila produksi berhenti, maka biaya tersebut juga tidak perlu keluar.
Berbeda dengan biaya tetap yang sifatnya mensuport langsung proses produksi namun sifatnya tetap. Artinya keberadaan biaya tersebut harus tetap muncul meski produksi tidak berjalan.
Merujuk dari penjelasan ini, maka biaya karyawan bulanan, penyusutan gedung, penyusutan mesin, asuransi mesin dan lain sebagainya akan masuk dalam kategori biaya tetap.
Namun biaya listrik, biaya perawatan mesin, biaya air akan masuk dalam biaya overhead. Karena bila produksi tidak berjalan, maka listrik tidak digunakan sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya listrik.
Bentuk Biaya Overhead
Untuk membantu Anda mengenali lebih baik apa saja yang masuk dalam kategori biaya overhead. Kita akan mencoba melihat apa saja pos biaya yang masuk dalam kategori tersebut.
Jenis biaya overhead berdasarkan sifatnya :
- Biaya bahan penolong: biaya bahan tambahan dalam proses pembuatan produk, namun nilainya sangat kecil. Sebut saja seperti benang pada produk tas, atau paku pada produk mebel.
- Biaya pemeliharaan: biaya perawatan mesin karena pemakaian berulang, termasuk penggantian onderdil akibat efek usang karena pemakaian berulang.
- Biaya tenaga kerja tidak langsung: biaya dari karyawan yang berkaitan dengan produksi tetapi tidak langsung terlibat dalam proses produksi. Sebut saja biaya tenaga gudang, staf perawatan mesin dll.
- Biaya jasa layanan: biaya yang muncul dari penggunaan layanan seperti biaya listrik dan air.
Perhitungan biaya overhead
Setelah Anda memahami lebih baik mengenai konsep biaya overhead, saatnya untuk memasuki inti dari pembahasan kali ini. Bagaimana cara menghitung biaya overhead.
Ada banyak cara yang lazim digunakan untuk menghitung biaya overhead. Salah satu yang cukup populer adalah perhitungan metode tarif tunggal.
Tarif tunggal ini biasa menjadi pilihan bagi perusahaan atau pabrikan dengan skala kecil dan tidak kompleks. Utamanya pada perusahaan dengan produksi yang tidak terlalu bervariasi.
Tarif tunggal dikenakan dengan menghitung akumulasi seluruh pos biaya yang masuk dalam kategori biaya overhead. Kemudian Anda tinggal menghitung tarifnya berdasarkan prosentasinya terhadap pendapatan.
Nantinya biaya overhead masuk ke dalam biaya per produk dengan cara dibagi berdasarkan total jumlah produksi atau total jam kerja.
Perhitungan ini memang praktis dan dianggap sebagai metode paling mudah. Namun pada perusahaan dengan produk yang bervariasi dan memiliki proses produksi yang berbeda-beda, tata cara perhitungan ini menjadi kurang akurat.
Ada cara lain yang juga kerap menjadi pilihan untuk perusahaan dengan metode produksi yang lebih kompleks. Utamanya pada perusahaan yang pabriknya terdiri dari sejumlah departemen.
Mereka menggunakan perhitungan overhead berbasis tarif departemen. Perhitungan tarif tersebut akan dibagi untuk setiap departemen. Setiap departemen akan dinilai besaran penggunaan overhead lalu mendapatkan alokasi biaya sesuai dengan perhitungan tersebut.
Setelah itu, masa aktif departemen akan menjadi parameter besaran nilai overhead yang akan masuk ke dalam produk. Sehingga didapat perhitungan biaya overhead yang lebih mewakili tingkat penggunaan.
Cara perhitungan dengan metode ABC
Metode ABC adalah metode yang cukup anyar dalam menghitung pos pembiayaan overhead. Fokusnya pada besaran aktivitas ketika proses produksi berjalan.
ABC sendiri merupakan akronim dari Activity Based Costing. Ini merupakan metode perhitungan biaya overhead yang berdasarkan besarnya aktivitas yang digunakan dalam proses produksi.
Metode ABC ini menjadi pilihan yang paling akurat menurut banyak pihak ketika berhadapan dengan sistem produksi yang kompleks. Seperti pada perusahaan yang proses produksinya melibatkan banyak tahapan dan proses.
Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk menciptakan strategi penetapan harga pokok produksi yang layak sebagai dasar penentuan harga jual yang lebih valid.
Perhitungannya sendiri mungkin akan sedikit lebih rumit, karena setiap produk akan melalui proses penelusuran. Proses ini berfungsi untuk menetapkan jenis aktivitas apa saja yang perlu ada dalam sebuah proses produksi.
Perhitungan yang dihasilkan tersebut sangat bermanfaat untuk menelusuri keterangan mengenai aktivitas apa saja yang berperan dan tidak berperan dalam proses produksi.
Tidak hanya itu, Anda juga harus menghitung beberapa aspek. Seperti berapa lama aktivitas tersebut berjalan dan apa saja pos biaya yang terkait dengan aktivitas tersebut?
Contoh Kasus Perhitungan Activity Based Costing
Untuk memudahkan gambaran tersebut mari kita pahami konsep dari perhitungan ABC ini dalam sebuah contoh kasus.
Sebuah pabrik, menggunakan biaya listrik sebesar Rp 6 juta. Pabrik tersebut memproduksi 3 produk. Produk A, memerlukan 3 tahapan produksi dengan 3 mesin berbeda.
Setelah proses perhitungan berdasarkan besaran penggunaan listrik dan jam penggunaan, mesin pertama akan memakan biaya listrik 8%, kemudian mesin kedua 13% sedang mesin ketiga sebesar 9%.
Maka, overhead penggunaan listrik dari produk A menurut perhitungan ABC akan memakan biaya listrik sebesar :
8% + 13% + 9% = 30%
Sehingga, total penggunaan listrik dari produk A adalah
30% x Rp 6.000.000 = Rp 1.800.000
Hitungan ini tidak akan sama dengan perhitungan untuk produk B dan C, karena setiap produk akan memerlukan aktivitas yang berbeda. Melibatkan jumlah mesin yang berbeda dan jumlah jam aktif yang berbeda.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Perhitungan ABC
Perhitungan dengan metode ABC ini memang relatif rumit, karena setiap pos beban harus melalui perhitungan aktivitas satu persatu untuk memperoleh perhitungan overhead total per produk.
Proses perhitungan akan memakan waktu lebih panjang dan mungkin memerlukan proses yang kompleks. Semakin rumit dan kompleks prosedur produksi suatu produk, semakin panjang pula proses perhitungannya.
Namun, untuk pabrikan dengan produk yang banyak dan variasi prosedur produksi yang berbeda-beda, tentu saja cara ini akan lebih akurat dalam mewakili pos biaya overhead.
Karena pada perusahaan dengan sistem produksi yang kompleks seperti perusahaan manufaktur, standar biaya tidak lagi bisa terpaku pada biaya tetap dan biaya variabel. Tolak ukur tidak lagi selalu berdasarkan pada banyak dan sedikitnya jumlah produksi.
Biaya sebuah produk bisa jadi akan lebih besar karena proses pembuatannya yang lebih rumit dan membutuhkan banyak tahapan. Terlepas dari banyaknya bahan baku dan tenaga kerja yang terlibat.
Pada kondisi demikian, perhitungan ABC akan memberikan perhitungan biaya overhead yang lebih aktual dan valid. Sesuai dengan tingkat upaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang tersebut.