Setiap barang yang digunakan nantinya akan mengalami penurunan nilai. Entah karena termakan usia atau karena efek pemakaian. Ini yang kemudian kita kenal dalam kacamata akuntansi sebagai penyusutan. Dan kali ini kita akan mencoba memahami bagaimana metode penyusutan atas aset tetap.
Aktiva tetap baik itu berwujud ataupun tidak berwujud sebagian besar akan mengalami penurunan nilai. Kecuali pada jenis aktiva tetap yang memiliki potensi kenaikan nilai seperti surat berharga dan tanah.
Tentu saja dalam dunia akuntansi, penurunan nilai ini harus terukur dan dilaporkan. Sehingga dapat pula diakui keberadaanya sebagai pengurang nilai atas aktiva tetap tersebut.
Apa Sebenarnya Penyusutan Atas Aktiva Tetap?
Sebelum membahas soal apa sebenarnya penyusutan atas aktiva tetap, kita pahami terlebih dulu apa sebenarnya aktiva tetap.
Aktiva tetap adalah kepemilikan aset yang nilai pemakaiannya berlangsung relatif panjang atau memiliki nilai manfaat jangka panjang. Ini berlawanan dengan aktiva lancar yang nilai manfaatnya hanya berlaku dalam jangka pendek di bawah 1 tahun.
Yang termasuk dalam kelompok aktiva tetap antara lain adalah bangunan, mesin, kendaraan, tanah, surat berharga dan bentuk aset tidak berwujud.
Yang dimaksud dengan aset tidak berwujud adalah jenis aset yang tidak berbentuk fisik tetapi memberi pengaruh besar pada operasional perusahaan. Bisa berupa hak paten, goodwill atau hak waralaba.
Aktiva tetap merupakan jenis aset yang akan bermanfaat mensuport aktivitas operasional perusahaan. Seperti gedung kantor, yang akan menjadi lokasi dimana aktivitas operasional berjalan.
Atau hak waralaba yang menjadi hak bagi perusahaan untuk mengoperasikan sebuah merk dagang. Tanpa hak tersebut perusahaan tidak dapat menjalankan operasinya secara legal.
Konsep Dasar dari Penyusutan Aktiva Tetap
Sebagaimana Anda temukan pada barang dengan pemakaian jangka panjang di sekitar Anda. Nantinya barang-barang tersebut akan menurun nilainya.
Misalkan saja Anda membeli kendaraan pada harga Rp 300 juta. Dalam tempo 10 tahun harga pasarannya bisa turun hingga level harga Rp 150 juta atau lebih rendah.
Penurunan nilai ini tentu saja dapat kita pahami. Karena memang dengan penggunaan selama 10 tahun otomatis kualitas kendaraan akan berbeda dengan kendaraan anyar.
Sehingga penurunan nilai ini sebenarnya mewakili penurunan kualitas atas barang karena efek usia pemakaian.
Demikian pula dengan seluruh aset tetap yang ada pada perusahaan. Setiap aset tetap juga akan mengalami penurunan nilai karena pengaruh pemakaian.
Karenanya, perusahaan harus menentukan nilai terkini dari setiap aset yang mereka miliki secara rutin. Untuk mewakili penurunan nilai atas aset tersebut tiap tahunnya.
Meski pada aset berupa tanah dan nilai surat berharga bisa jadi berlaku hukum berbeda. Karena pada umumnya nilainya justru bisa bertambah seiring waktu.
Namun tentu saja perlu menjadi catatan bahwa penerapan metode penyusutan hanya akan berlaku pada nilai guna barang yang menjadi milik perusahaan.
Pada aset yang berstatus sewa, perhitungan nilai gunanya tidak menggunakan metode penyusutan. Melainkan menggunakan pengakuan pembayaran sewa bayar dimuka.
Penurunan nilai sebagaimana dijelaskan tersebut dalam sistem pembukuan harus tercatat dan terukur dengan pasti. Harus ada perhitungan atas prediksi nilai akhir di akhir masa pakai.
Kemudian ditentukan bagaimana tingkat penurunan nilainya pertahun. Tingkat penurunan nilai inilah yang perhitungannya menggunakan metode penyusutan. Dalam bahasa akuntansi, penyusutan sendiri juga dikenal sebagai depresiasi.
Perhitungan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Metode penyusutan pada dasarnya adalah melakukan pengukuran dan penilaian untuk menemukan nilai penyusutan aset tetap tiap tahunnya.
Penentuan nilai penyusutan ini biasanya berdasarkan pada sejumlah data. Adapun data yang terkait adalah sebagai berikut.
1. Harga perolehan (biaya pembelian aset)
Harga pembelian dari aset tersebut menjadi nilai dasar dalam perhitungan penyusutan. Beberapa perusahaan turut memasukan semua dana yang Anda alokasikan untuk memperoleh aset tersebut. Namun ada pula yang hanya memasukan harga beli dari aset tersebut.
2. Umur ekonomis
Umur ekonomis adalah perkiraan masa pakai dari aset tersebut hingga aset tersebut tidak lagi cukup layak digunakan untuk mendukung operasional.
Konsep dari umur ekonomis ini bisa kita terjemahkan sebagai masa pakai. Seperti bila kendaraan biasanya antara rentang 5 – 10 tahun. Kemudian masa pakai dari mesin pabrik antara 3 – 7 tahun.
Umur ekonomis dari bangunan juga perlu Anda buat, karena biasanya seiring penggunaan, kualitas bangunan akan menurun.
Meski kadang nilai jualnya tidak mutlak turun, tetapi bangunan butuh proses renovasi dan perbaikan untuk memperbaiki kelayakannya untuk Anda gunakan kembali. Biaya renovasi ini berasal dari anggaran penurunan nilai tersebut.
3. Nilai akhir
Nilai akhir adalah nilai residu saat masa pemakaian berakhir. Biasanya nilai ini hanya akan menggunakan nilai perkiraan saja menggunakan skema penurunan harga dari periode lalu.
Nilai akhir ini bisa merujuk pada perkiraan harga jual bekas atas aset itu pada akhir masa pakai. Namun perlu Anda pahami bahwa tidak semua jenis aset nantinya akan memiliki nilai akhir.
4. Nilai guna
Beberapa prinsip dalam perhitungan depresiasi menggunakan nilai guna dari aset tersebut sebagai dasar. Biasanya nilai depresiasi merujuk pada kapasitas produksi atau kapasitas jam kerja. Cara ini akan lebih kerap Anda temukan pada depresiasi peralatan pabrik
Beragam Pilihan Perhitungan Depresiasi
Merujuk pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), terdapat lima metode penyusutan yang bisa Anda gunakan untuk menghitung nilai depresiasi.
PSAK sendiri adalah standarisasi prosedur dan penerapan akuntansi yang telah mendapat persetujuan dari Ikatan Akuntan Indonesia (IKI).
Rumus Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode penyusutan aktiva tetap dengan prinsip garis lurus merupakan metode perhitungan yang menetapkan nilai penyusutan secara tetap setiap tahunnya.
Berikut adalah contoh kasus dari perhitungan penyusutan garis lurus.
Perusahaan membeli mesin pabrik pada harga Rp50.000.000. Setelah dilakukan proyeksi nilai ekonomi, nantinya mesin tersebut akan memiliki masa pakai 5 tahun dan nilai akhir Rp5.000.000. Berikut ini adalah perhitungan beban penyusutannya untuk tiap tahun adalah:
Penyusutan tahunan = (Rp 50.000.000 – Rp 5.000.000) : 5
= Rp 45.000.000 : 5
= Rp 9.000.000 per tahun
Banyak perusahaan menyukai metode penyusutan ini karena rumusnya yang simpel. Tetapi untuk jenis perusahaan dengan aset yang kompleks, perhitungan ini tidak dapat memberikan data yang cukup valid.
Karena faktanya, semakin berusia sebuah aset akan semakin menurun kualitasnya. Sementara di awal masa pakai mesin cenderung lebih tahan dan tidak mudah rusak.
Perhitungan Penyusutan Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
Metode penyusutan kali ini juga banyak menjadi pilihan karena relatif mudah. Hanya saja kurang menggambarkan akurasi data karena mengabaikan banyak faktor.
Perhitungan berdasarkan pada prosentasi dari nilai penyusutan pertahun. Berikut perhitungan prosentasi penyusutan tahunan pada metode ini.
Masa pakai 5 tahun
Prosentasi penyusutan = 2 x (100% : masa ekonomis)
= 2 x (100% : 5 tahun) = 40%.
Kemudian perhitungan penyusutannya akan berdasarkan nilai terkini dari aset.
Nilai terkini = nilai beli – depresiasi
Nilai th pertama = Rp 50.000.000 – ( 40% x Rp 50.000.000)
= Rp 50.000.000 – Rp 20.000.000
= Rp 30.000.000
Nilai th kedua = Rp 30.000.000 – (40% x xRp 30.000.000)
= Rp 30.000.000 – Rp 12.000.000
= Rp 18.000.000
dan seterusnya.
Perhitungan Penyusutan Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method)
Prinsip dari perhitungan penyusutan satu ini adalah depresiasi dengan nilai penyusutan yang main kecil tiap tahun. Perhitungan depresiasi merujuk pada rasio penggunaan tahun total.
Masih dengan menggunakan contoh kasus di atas, Anda bisa mencoba menghitung penyusutan dengan metode penyusutan ini.
Sebelum menghitung Anda perlu menghitung nilai beban penyusutannya sebesar 1+2+3+4+5 = 15. Ini karena masa pakainya selama 5 tahun. Ini menjadi elemen rasio dari metode penyusutan jumlah angka tahun.
Maka penyusutan tahun pertama sebesar :
5 / 15 x (Rp 50.000.000 – Rp 5.000.000) = 5/15 x Rp 45.000.000
= Rp 15.000.000
Penyusutan tahun kedua sebesar
5 / 15 x (Rp 50.000.000 – Rp 5.000.000) = 4/15 x Rp 45.000.000
= Rp 12.000.000
Dan seterusnya.
Metode ini kerap dianggap lebih realistis karena menunjukan penurunan nilai signifikan dapat menunjukan penyusutan tidak merata tidak tahun. Namun, pihak perpajakan kurang sependapat dengan metode penyusutan ini karena menurunkan nilai aset dengan cepat.
Rumus Penyusutan Satuan Jam Kerja (Service Hours Method)
Untuk memperoleh data penyusutan dengan lebih akurat, muncul sistem perhitungan yang merujuk pada penggunaan. Dalam kasus ini adalah penggunaan berdasarkan jam kerja.
Cara ini kerap dianggap sebagai salah satu metode penyusutan yang paling realistis, karena menggunakan perhitungan berbasis pemakaian. Hanya saja kembali sejumlah elemen pihak ketiga tidak menyukai perhitungan semacam ini, termasuk di antaranya pihak perpajakan.
Metode penyusutan jam kerja ini menentukan nilai beban penyusutan aset dengan berdasarkan pada jumlah satuan produk.
Mari kita coba buka kembali contoh kasus sebelumnya dengan disertai data tambahan.
Sebagaimana diketahui pembelian mesin terjadi pada nilai harga Rp 50 juta dengan perkiraan nilai akhir Rp 5.000.000. Mesin tersebut memiliki kemampuan kapasitas produksi selama 10.000 jam dan perkiraan rata-rata produksi tahunannya akan sekitar 2.500 jam.
Berikut metode perhitungan penyusutannya.
Tarif penyusutan = (Nilai beli – nilai akhir) : kapasitas jam produksi
Tarif penyusutan = (Rp 50.000.000 – Rp5.000.000) : 10.000 jam
= Rp 45.000.000 : 10.000 jam = 4.500/jam.
Nilai penyusutan tahunan = 4.500 / jam x 2500 jam pertahun = Rp 11. 250.000
Rumus Penyusutan Satuan Hasil Produksi (Productive Output Method)
Metode penyusutan ini menghitung depresiasi dengan berdasar pada jumlah produksi. Lagi-lagi penyusutan dihitung dengan menggunakan tarif penyusutan.
Seperti pada kasus diatas, terdapat informasi bahwa kapasitas produksi dari mesin tersebut sebesar 10.000 unit. Sementara hasil produksi pertahunnya mencapai 2500 unit.
Berdasar data tersebut, berikut perhitungan depresiasinya.
Tarif penyusutan = (Nilai beli – nilai akhir) : kapasitas unit produksi
Tarif penyusutan = (Rp 50.000.000 – Rp5.000.000) : 10.000 unit
= Rp 45.000.000 : 10.000 unit = 4.500/unit.
Nilai penyusutan tahunan = 4.500 x 2500 unit pertahun = Rp 11. 250.000
Pengakuan Akuntansi akan Depresiasi
Setelah Anda melakukan perhitungan dengan metode penyusutan di atas, saatnya mengakuinya dengan melakukan pencatatan.
Biasanya penyusutan tercatat dalam jurnal penyesuaian. Berikut bentuk pencatatan dari jurnal penyesuaian dengan merujuk pada nilai penyusutan berbasis biaya tetap
Kini Anda telah mendapatkan gambaran lebih detail terkait bagaimana metode penyusutan diterapkan dan rumus perhitungannya. Termasuk pula bagaimana proses pencatatannya dalam jurnal. Rumus mana yang menurut Anda sesuai untuk metode depresiasi aset perusahaan Anda?