Beberapa posisi dalam sebuah perusahaan menuntut kandidatnya untuk memiliki leadership skill. Hal ini sangat diperhatikan oleh HRD ketika seseorang ingin mengambil jabatan manager. Salah satu gaya kepemimpinan yang kerap diterapkan adalah otokratis. Cara memimpin yang satu ini memang cukup efektif di banyak situasi.
Nah, jika Anda sedang ingin mendapatkan pekerjaan dengan posisi supervisor, manager, CEO dan sebagainya, coba pahami gaya kepemimpinan yang satu ini. Dan hal tersebut akan kami bahas tuntas dalam artikel kali ini.
Pengertian Otokratis
Otokratis adalah gaya kepemimpinan yang mana seorang pemimpin memiliki kendali atau kuasa penuh dalam membuat sebuah kebijakan dan prosedur. Selain itu, pemimpin yang otokratis juga berhak memutuskan tujuan apa yang akan dicapai dan mengarahkan serta mengawasi semua kegiatan tanpa melibatkan bawahan.
Pemimpin tipe yang satu ini lebih berfokus pada pencapaian-pencapaian jangka pendek sehingga mereka kerap menekankan pentingnya menyelesaikan pekerjaan sesegera mungkin.
Meskipun pemimpin otokratis hampir mirip dengan otoriter, yaitu memiliki kekuasaan yang mutlak dan berhak membuat keputusan, namun keduanya memiliki perbedaan yang bisa dirasakan. Otokratis lebih lentuk dalam memutuskan sesuatu jika itu memang diperlukan. Namun, otoriter terkesan kaku, apa yang sudah ditetapkan tidak bisa diubah.
Tiga Tipe Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan gaya otokratis memiliki tiga tipe. Masing-masing tipe memiliki dampak tersendiri terhadap karyawan atau diri pemimpin tersebut. Berikut adalah tiga tipe pemimpin yang satu ini.
Directing
Pemimpin otokratis dengan tipe directing memiliki sikap yang paling kaku. Hal ini sangat umum di sebuah perusahaan, terutama perusahaan manufaktur yang menuntut karyawannya untuk bekerja dengan cepat dan akurat.
Saat mengambil keputusan tertentu, pemimpin semacam ini tidak akan berkonsultasi atau mendengarkan pendapat bawahan. Selain itu, bawahan akan diawasi dengan ketat di setiap langkahnya untuk memastikan tidak ada pelanggaran prosedur yang sudah berlaku.
Hal ini yang membuat seorang karyawan terkadang jenuh di tempat kerjanya. Malah, tidak jarang pemimpin tipe ini disebut “Atasan toxic” oleh banyak kalangan.
Permissive
Jika Anda ingin menjadi pemimpin yang tegas namun juga lembut, coba terapkan tipe permissive. Ya, pemimpin otokratis yang bertipe permissive tetap menetapkan keputusan akhir atau final.
Namun, ia tidak menutup kemungkinan untuk membuat karyawannya merasa leluasa dalam menjalankan tugasnya. Pemimpin yang satu ini tidak keberatan jika bawahannya menyelesaikan tugasnya dengan cara mereka sendiri, asalkan tidak melanggar prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Paternalistic
Paternalistic menjadi tipe pemimpin yang sangat dicintai bawahannya, terutama bagi mereka yang sudah mulai jenuh pada pekerjaannya. Gaya kepemimpinan otokratis paternalistic tetap tegas dan menerapkan inti dari gaya kepemimpinan otokratis.
Namun, dalam prakteknya orang semacam ini akan mempertimbangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bawahannya. Terdapat berbagai cara yang pemimpin tipe ini terapkan, seperti memberi pujian, memberikan pengarahan, lembut dan jarang melakukan pemaksaan. Biasanya karyawan yang ada di bawah pimpinannya akan loyal.
Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Otokratis
Terdapat beberapa ciri yang membuat seseorang mampu mengidentifikasi apakah seorang pemimpin adalah pribadi yang otoriter atau otokratis. Nah, berikut adalah ciri-ciri pemimpin otokratis yang perlu Anda ketahui
Terdapat Sistem Imbalan dan Hukuman
Dalam dunia kerja, tidak heran jika seorang atasan sangat berharap bahkan menuntut bawahannya untuk mengikuti prosedur yang ada. Hal ini akan memengaruhi mutu dari perusahaan dan produk yang dihasilkan.
Nah, terdapat beberapa cara yang diterapkan agar bawahan dapat tunduk pada prosedur yang ada, salah satunya adalah dengan menawarkan imbalan. Imbalan ini bisa berupa bonus, liburan bersama, komisi atau keuntungan lainnya.
Sebaliknya, jika melanggar atau tidak sesuai harapan, terdapat ganjaran yang cukup mengguncang mental karyawan. Seperti misalnya pemberian SP atau surat peringatan, memarahi di depan karyawan lainnya dan sebagainya.
Ya, pemimpin yang otokratis cenderung bertindak koersif untuk menjaga nama baik perusahaan dan kesejahteraan karyawannya. Dan pemimpin yang satu ini juga tidak ragu untuk ikut andil pada proyek tertentu di perusahaannya.
Hampir Tidak Menerima Masukan Bawahan
Sebagai pemimpin yang berhak membuat keputusan mutlak, seseorang yang otokratis hampir tidak mendengarkan pendapat dari bawahannya. Bahkan jika keputusan yang diambil memiliki dampak yang besar untuk kelangsungan perusahaan tempat ia bekerja.
Ia tidak akan ragu membuat keputusan penting bahkan jika itu melibatkan bawahannya secara langsung. Selain itu, keputusan yang ia ambil hanya berdasarkan pemahaman dan pemikirannya saja.
Soal memilih orang yang bekerja untuk mewujudkan keputusannya, ia sendiri yang mendelegasikan tugas tersebut. Meski begitu, ia tidak akan lepas tangan begitu saja. Terdapat proses pengawasan yang akan ia lakukan sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap keputusannya.
Jika terjadi masalah yang menghambat berjalannya keputusan yang telah dibuat, ia akan mencari solusi dan rencana cadangan. Dengan begitu, pemimpin otokratis sangat bisa diandalkan dalam suka dan duka.
Meskipun hampir tidak mendengarkan masukan dari bawahannya, namun pemimpin yang satu ini tidak ragu untuk membuat tim penasihat. Tim tersebut tentu beranggotakan orang-orang yang terampil, berpengalaman dan mendapatkan pelatihan yang sama dengannya.
Berhak Menetapkan Semua Keputusan Final
Ada kalanya terdapat kondisi genting yang menuntutnya untuk bisa menetapkan keputusan. Maka dari itu, ia dituntut untuk bisa cepat membuat keputusan. Hal ini tentu melibatkan pemahaman dan pemikiran yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Jika rencananya ini berhasil, sebagian besar pujian dan apresiasi akan ditujukan pada dirinya. Begitu pula jika rencananya gagal, maka ia juga yang akan menderita. Dengan begitu, ia perlu berhati-hati dalam membuat keputusan.
Salah satu hal yang membuat bawahannya merasa kurang nyaman dengan gaya kepemimpinan otokrasi adalah pengawasan yang super ketat. Pemimpin semacam ini juga tidak segan-segan terlibat langsung dalam sebuah proyek, baik hanya untuk meringankan pekerjaan atau mengawasi kelangsungan proses kerja bawahannya.
Gamblang atau Lugas
Sebagai pihak yang berhak menghasilkan keputusan-keputusan penting, tidak jarang ia akan menjelaskan rencananya secara gamblang. Hal itu membuat penjelasan yang ia berikan terdengar jelas dan memberikan hasil yang efektif.
Sikap pemimpin otokratis yang lugas ini juga membuat bawahannya dapat menerima instruksi dengan jelas. Kondisi tersebut dapat mendukung kinerja bawahannya agar bisa bekerja sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
Ahli di Bidangnya
Seseorang yang diangkat sebagai pemimpin harus ahli dalam bidangnya. Dalam sebuah perusahaan yang besar, ada banyak sekali divisi yang hadir dalam struktur organisasinya. Karena menerapkan struktur organisasi vertikal, maka tidak heran jika masing-masing manajemen memiliki bawahan.
Nah, pemimpin dalam divisi tertentu memiliki pengalaman dan pemahaman yang berhubungan langsung dengan bidangnya. Hal itu mendorongnya untuk mampu membuat keputusan penting sehingga kegagalan yang mungkin saja dapat terjadi bisa diminimalisir.
Selain itu, pendelegasian tugas terhadap bawahannya pun bisa lebih tepat sesuai dengan kompetisi setiap bawahannya. Ia tidak akan ragu menunjuk seseorang untuk menjadi bagian dalam timnya jika itu menurutnya sesuai dengan pemikirannya.
Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Otokratis
Dalam sebuah kebijakan dan penerapan, terdapat sisi positif dan negatif yang mengikuti. Hal itu juga yang berlaku pada gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang atasan. Nah, berikut adalah sisi kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan otokratis.
Kelebihan Gaya Kepemimpinan Otokratis
- Pengambilan keputusan bisa lebih cepat
- Pemberian arahan bisa lebih jelas
- Penyusunan rencana yang jelas
- Komunikasi dan penyampaian ide yang jelas karena satu suara
- Tujuan yang dicapai lebih pasti
- Produktivitas bisa meningkat dan lebih baik
- Kerjasama yang baik secara vertikal karena atasan juga terlibat langsung
- Perencanaan yang jelas karena hanya bergantung pada satu orang saja
Kekurangan Gaya Kepemimpinan Otokratis
- Pekerja akan merasa bekerja dengan paksaan dan di bawah tekanan
- Menimbulkan perasaan kurang berharga dalam benak karyawan karena tidak terlibat dalam pengambilan keputusan
- Karena hanya satu suara, ide dan masukan yang kreatif serta bisa berdampak positif jadi terhalang
- Jika diterapkan tanpa pengendalian diri, sikap otokratis bisa berubah menjadi otoriter
- Memunculkan ketundukan yang eksklusif pada pemimpin, tidak peduli bagaimana sikap pemimpin tersebut
- Karyawan tidak memiliki rasa percaya diri karena memiliki ketergantungan penuh pada atasan
Cara Menerapkan Kepemimpinan Otokratis
Seperti yang sudah kami sebutkan di atas, penerapan gaya kepemimpinan otokratis menimbulkan banyak dampak positif dan negatif. Meski begitu, hal tersebut sangat berguna untuk kelangsungan perusahaan, terlebih jika perusahaan berjalan dalam industri yang beresiko tinggi.
Nah, berikut adalah cara menerapkan kepemimpinan otokratis yang baik dan berdampak positif.
Hargai Peran Setiap Anggota
Meskipun sudah digaji secara rutin, karyawan memiliki perasaan dan emosi yang perlu diperhatikan. Cara seorang pemimpin dalam memenuhi kebutuhan itu adalah dengan memberikan penghargaan setiap anggota.
Ya, menghargai peran sangat penting dan perlu disadari banyak pemimpin. Karena bagaimanapun juga tanpa karyawan keputusan seorang pemimpin tidak bisa berjalan. Selain itu, penghargaan yang diberikan oleh seorang pemimpin bisa memancing rasa hormat dan loyalitas bawahannya.
Seorang karyawan yang dihargai akan mengetahui kelebihannya dan termotivasi untuk mengembangkan hal tersebut. Hal ini pasti akan memberikan dampak positif dalam jangka panjang dan pendek. Menghargai setiap anggota juga mencegah resiko turnover yang tinggi.
Komunikasikan dengan Jelas
Ada kalanya sebuah aturan terasa ambigu untuk seorang karyawan. Jika Anda merupakan pemimpin yang terbuka, maka karyawan tidak akan ragu untuk bertanya. Jika ia sudah merasa jelas, maka ia dapat bekerja sesuai aturan yang ada.
Komunikasi sangat penting meski antara atasan dan bawahan karena hal ini bisa menimbulkan lingkungan kerja yang sehat. Lagi pula, pemimpin yang tidak menutup diri dari bawahannya cenderung lebih mudah memberikan pengarahan serta memperoleh loyalitas dari bawahannya.
Memberi Ruang untuk Berpendapat
Meskipun seorang pemimpin tidak wajib mendengarkan suara karyawan dalam membuat kebijakan, namun tidak ada salahnya memberi ruang untuk berpendapat. Karena bagaimanapun juga, karyawan bukanlah sekumpulan orang bodoh yang tidak bisa memberikan ide yang berguna untuk kemajuan perusahaan.
Selain mendengarkan karyawan, mempertimbangkan pendapat mereka juga tidak ada salahnya. Jangan takut harga diri sebagai atasan jatuh karena memberi kesempatan karyawan untuk bersuara.
Justru hal ini akan memberikan keuntungan kepada atasan karena munculnya sikap saling percaya dan produktivitas meningkat.
Itulah artikel kami yang mengulas soal gaya kepemimpinan otokratis yang terkenal beresiko namun juga menguntungkan.