Setiap investor tentunya ingin mendapatkan modal awal secara sempurna dengan secepatnya. Nah, disinilah Payback Period berperan untuk menilai sebuah investasi terkait cepat atau tidaknya masa pengembalian.
Untuk mengetahui hal ini Tentunya Anda harus bisa melakukan perhitungan rumusnya. Adapun rumus dan cara perhitungannya bisa Anda Simak di bawah ini.
Apa Itu Payback Period
Dian Wijayanto menyebutkan bahwa Payback Period adalah periode yang dibutuhkan dalam menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment).
Sederhananya, Payback Period ialah jangka waktu yang dibutuhkan agar dana investasi yang masuk di awal tanam modal bisa diperoleh kembali secara utuh.
Semakin pendek jangka waktu pengembalian dana investasi, maka semakin banyak peminatnya terhadap produk tersebut.
Hal ini karena produk tersebut dinilai memiliki peluang pemutaran modal yang tinggi, sehingga keuntungan yang didapat oleh investor lebih maksimal dibandingkan investasi dalam jangka panjang.
Istilah ini berkaitan dengan investor yang tidak ingin memiliki periode pengembalian investasi terlalu lama.
Dengan adanya Payback Period, mereka bisa menentukan lama waktu pengembalian modal. Tentunya, perhitungan ini membantu perusahaan atau pelaku investasi untuk membuat keputusan yang tepat.
Sebab, perhitungan ini dapat digunakan sebagai kriteria dalam mengambil keputusan investasi, apakah secara finansial masih layak untuk investasi modal ke suatu proyek atau tidak.
Fungsi Menghitung Periode Pengembalian
Setidaknya dalam bisnis terutama investor, perhitungan periode pengembalian memiliki dua fungsi, yakni:
Bahan Pertimbangan
Hasil perhitungan yang didapat dijadikan bahan pertimbangan para investor sebelum melakukan investasi. Sebab perhitungan ini dapat memberikan jawaban “Apakah proyek tersebut dapat mengembalikan modal investasi awal secara cepat atau tidak?”
Kenyataannya, pengembalian yang cepat adalah hal yang menjanjikan, sebab investor bisa menikmati keuntungannya secara cepat.
Mengantisipasi Kerugian
Kerugian yang dimaksud adalah kerugian akibat pendanaan proyek yang membutuhkan jangka panjang dalam mengembalikan dana investasinya.
Dimana para investor menilai semakin panjang waktu pengembalian, semakin tinggi risiko yang harus ditanggungnya, dan begitu sebaliknya.
Rumus Payback Period
Perhitungan rumus ini dinilai sebagai alat sederhana dan efektif untuk menghitung periode waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Break-even atau titik impas dalam investasi.
Adapun rumus ini dituliskan sebagai berikut:
Payback Period = Investasi / Proceeds
Dengan kata lain, rumus perhitungan ini dilakukan dengan membagi nilai investasi awal (modal awal) dengan aliran kas bersih (net cash flow) yang diperoleh dari investasi tersebut di setiap tahunnya.
Rumus ini mengasumsikan bahwa jumlah kas yang diterima di setiap tahun adalah konstan.
Walaupun begitu, kenyataanya di beberapa kasus aliran kas tidak selalu konstan. Jika kas aliran berubah dari tahun ke tahun, maka rumus yang bisa digunakan untuk perhitungan payback ini ialah sebagai berikut:
Payback Period = n + (a – b) / c x 1 tahun
Dalam rumus modifikasi tersebut, berikut ini keterangannya:
n = ialah syarat periode pengembalian modal investasi
a = ialah jumlah kumulatif aliran kas di tahun terakhir (n)
b = ialah aliran kas di tahun setelah kumulatif aliran kas berjalan (n+1)
c = ialah perbedaan di antara aliran kas di tahun terakhir (n) dengan aliran kas di tahun setelahnya (n + 1).
Cara Menghitung Payback Period
Dari penjelasan rumus di atas, tentu Anda sudah tahu bagaimana kalkulasi untuk mendapatkan nilai Payback Period yang tepat.
Agar lebih paham, Anda bisa simak ilustrasi soalnya di bawah ini:
Sebuah perusahaan industri PQR mengusulkan proyek investasi dengan dana senilai Rp. 900 juta dan menargetkan penerimaan dana investasi untuk setiap tahunnya ialah Rp. 90 juta, maka berapa Payback Periodnya?
Dari persoalan diatas, dapat kita ketahui:
Nilai Investasi = Rp. 900 juta
Proceeds (kas per tahun) = Rp. 90 juta per tahun
Jawab:
Rumus: Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih Tahunan
= Rp. 900.000.000 / Rp. 90.000.000 = 10 Tahun
Dengan ini dapat kita simpulkan bahwa nilai proyek untuk Rp. 900 juta ini bisa kembali nilainya dalam waktu kurun 10 tahun.
Contoh soal lainnya:
Diketahui PT PQR memiliki rencana proyek investasi senilai 600 juta dengan umur ekonomis yang ditentukan adalah 5 tahun. Sementara itu, syarat pengembaliannya selama 2 tahun 5 bulan dengan arus kas per tahunnya
Tahun 1: Rp 250 juta
Tahun 2: Rp 150 juta
Tahun 3: Rp 100 juta
Tahun 4: Rp 50 juta
Tahun 5: Rp 25 juta
Maka berapa nilai Payback Period-nya?
Dari illustrator tersebut kita perlu menghitung nilai kumulatif-nya terlebih dahulu, yakni:
Tahun | Arus Kas | Kumulatif |
Tahun ke-1 | 250.000.000 | 250.000.000 |
Tahun ke-2 | 150.000.000 | 400.000.000 |
Tahun ke-3 | 100.000.000 | 500.000.000 |
Tahun ke-4 | 75.000.000 | 575.000.000 |
Tahun ke-5 | 50.000.000 | 625.000.000 |
Tahun ke-6 | 25.000.000 | 650.000.00 |
Dengan ini dapat kita ketahui nilainya:
Nilai Investasi awal (a) = 600 juta
Nilai Investasi arus kas di tahun ke-2 (b) = Rp. 400.000.000
Nilai Kumulatif Arus Kas pada Tahun ke-3 (c) = Rp. 500.000
Tahun (n) = 2
Jawab:
2 + (Rp. 600.000.000 – Rp. 400.000.000) x 1 tahun / (Rp. 500.000.000 – Rp. 400.000.000) = 4
Dari sini dapat kita ketahui bahwa Payback Period untuk investasi 600 juta dengan masa pengembalian 2 tahun 5 bulan ini masih terlampau jauh.
Karena pada dasarnya untuk senilai tersebut dengan arus kas yang tidak stabil ini bisa memakan waktu pengembalian hingga 4 tahun lamanya.
Dengan hasil perhitungan ini, Anda bisa mengubah rencana untuk mengambil keputusan yang lebih tepat.
Menerapkan Payback Period untuk Mengambil Keputusan
Perlu Anda pahami alat ini hanya salah satu dari banyaknya metode yang bisa digunakan dalam analisis investasi.
Periode pengembalian modal ini umumnya digunakan dengan metode analisis lain, sehingga dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang potensi investasi.
Lantas, sebetulnya bagaimana prosedur menggunakan alat ini dalam mengambil keputusan investasi? Berikut ini tahapannya:
- Pertama, kenali proyek atau aset untuk dievaluasi
- Setelah identifikasi proyek/aset, tentukan besaran nilai investasi awal yang dibutuhkan, termasuk biaya investasi lain
- Hitung aliran kas bersih yang diharapkan untuk diperoleh dari investasi di setiap tahun, termasuk semua penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan proyek atau aset terkait
- Gunakan rumus Payback Period untuk menghitung lama waktu yang dibutuhkan dalam mendapatkan kembali modal investasi. Gunakan rumus modifikasi jika aliran kas setiap tahunnya berubah
- Evaluasi hasil perhitungannya, apakah periode tersebut sesuai dengan tujuan investasi? Apa ada risiko investasi dapat diterima/tidak dengan periode yang telah dihitung?
- Selain menggunakan Payback Period, pertimbangkan juga perhitungan analisis investasi lain, seperti IRR (Internal Rate of Return), NPV (Net Present Value) ataupun PI (Profitability Index).
- Dengan adanya perbandingan hasil dari kedua metode ini, Anda bisa membuat keputusan investasi yang lebih baik
- Dari hasil analisis metode tersebut, Anda bisa mengambil keputusan “Apakah akan melanjutkan investasi atau tidak”.
- Selain itu, coba pertimbangkan faktor lain semisalnya tujuan, risiko, dan strategi bisnis secara keseluruhannya
Sebetulnya, Apakah Metode Perhitungan Payback Period Layak Digunakan?
Dari penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan kelebihan dan kekurangan dari menggunakan metode ini di antaranya:
Kelebihan Metode
Salah satu kelebihan metode yang pertama ialah kesederhanaan, sehingga metode perhitungannya lebih mudah dipahami oleh banyak orang, termasuk mereka yang pemula dalam keuangan/investasi. Dengan begitu, alat ini cukup berguna dalam proses mengambil keputusan investasi.
Periode pengambilan modal juga mampu memberikan seberapa cepat modal investasi yang akan dikembalikan. Ini bisa menjadi informasi yang berharga dalam kasus likuiditas modal (faktor penting dalam mengambil keputusan).
Metode ini juga memungkinkan Anda untuk melakukan perbandingan antara proyek-proyek investasi yang memiliki periode pengembalian sama.
Dalam proyek yang memiliki tingkat pengembalian dan risiko yang sama, perhitungan ini menjadi faktor sekaligus alat untuk memutuskan mana proyek yang lebih cepat dalam mengembalikan modal.
Kelemahan Metode
Salah satu kelemahan utama dari metode ini ialah tidak mempertimbangkan nilai waktu uang atau istilahnya Time Value of Money. Maksudnya, metode ini menganggap satu dolar yang diterima di masa depan memiliki nilai sama dengan satu dollar yang diterima hari ini. Kenyataannya, nilai uang bisa berubah seiring waktu. Semisalnya, nilainya lebih rendah dari yang diterima sekarang.
Perhitungan periode pengembalian modal ini hanya berfokus pada periode yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal. Dengan kata lain, metode ini tidak mempertimbangkan arus kas yang mungkin terjadi setelah periode. Dengan begitu, investasi yang memiliki periode lebih pendek dinilai lebih baik, meskipun proyek lain lebih menguntungkan dengan jangka waktu yang panjang.
Perhitungan periode ini juga tidak membedakan antara proyek-proyek yang memiliki tingkat risiko yang berbeda. Artinya, proyek yang lebih berisiko dan tidak pasti setara dengan proyek yang lebih aman hanya karena hasil perhitungan periodenya lebih pendek.
Periode pengambilan modal tidak mempertimangkan keuntungan yang terjadi setelah titik impas (Break-Even Point) tercapai. Dengan kata lain, proyek yang memiliki periode pengembalian yang lebih lama tetapi keuntungannya lebih besar, bisa terabaikan oleh metode ini.
Dari penjelasan diatas dapat Anda simpulkan terkait keunggulan dan kelemahan penggunaannya. Paling tidak untuk mengoptimasi hasil analisisnya Anda bisa mengkombinasikan dengan alat perhitungan lainnya.