Ciri-Ciri UMKM
Usaha kecil menengah (UMKM) merupakan bagian penting dari ekonomi suatu negara. Berikut adalah beberapa ciri yang membedakan UMKM dari perusahaan lain:
- Skala usaha: UMKM biasanya memiliki skala usaha yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan besar. Mereka biasanya memiliki jumlah karyawan yang lebih sedikit dan menjual produk atau layanan kepada pasar lokal atau regional.
- Struktur kepemilikan: UMKM biasanya dimiliki oleh satu atau beberapa orang yang juga merangkap sebagai manajer atau pemimpin. Mereka sering tidak memiliki struktur kepemilikan yang terpisah dari perusahaan itu sendiri.
- Modal: UMKM biasanya memiliki modal yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan besar. Ini membuat UMKM lebih rentan terhadap risiko keuangan dan sering membutuhkan bantuan keuangan dari pemerintah atau lembaga keuangan.
- Diversifikasi produk: UMKM biasanya memiliki produk atau layanan yang lebih terfokus dan tidak sebanyak perusahaan besar. Mereka sering mengKitalkan satu atau beberapa produk utama untuk menghasilkan keuntungan.
- Fleksibilitas: UMKM sering memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Mereka bisa lebih cepat mengubah strategi atau menyesuaikan diri dengan perubahan pasar.
- Ketergantungan terhadap sumber daya lokal: UMKM sering bergantung pada sumber daya lokal, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan pelanggan. Mereka juga sering terlibat dalam kegiatan sosial dan ekonomi di komunitas lokal.
- Dampak ekonomi: UMKM sering memiliki dampak yang lebih besar terhadap ekonomi lokal dan regional dibandingkan dengan perusahaan besar. Mereka membantu menciptakan lapangan kerja dan menambah pajak yang dibayarkan kepada pemerintah.
Baca juga: Apakah UKM? Pengertian, Cara Kerja Dan Perbedaan Di Tiap Negara
Pemasaran yang Cocok untuk UMKM
Pemasaran yang cocok untuk usaha kecil menengah (UMKM) tergantung pada berbagai faktor, termasuk tujuan, target pelanggan, dan anggaran pemasaran yang tersedia. Namun, beberapa strategi pemasaran yang umumnya dapat berhasil bagi UMKM adalah:
- Pemasaran online: Menggunakan media sosial, situs web, dan platform e-commerce untuk menjangkau pelanggan secara online. Ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menjangkau audiens yang luas dengan biaya yang lebih rendah daripada pemasaran tradisional.
- Pemasaran lokal: Menargetkan audiens di wilayah lokal dengan menggunakan iklan lokal, promosi di media lokal, dan partisipasi dalam acara lokal.
- Pemasaran konten: Menciptakan dan membagikan konten yang bermanfaat, menarik, dan relevan bagi target pelanggan untuk membangun merk dan menarik perhatian pelanggan baru.
- Pemasaran langsung: Menghubungi pelanggan secara langsung melalui email, surat, atau panggilan telepon untuk menjual produk atau layanan.
- Pemasaran langsung: Menggunakan promosi, seperti diskon, hadiah, atau tawaran spesial, untuk menarik pelanggan baru atau mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
- Pemasaran kolaboratif: Bekerjasama dengan perusahaan lain untuk mempromosikan produk atau layanan ke audiens yang sama.
- Pemasaran langsung: Menggunakan alat pemasaran langsung, seperti publikasi langsung, pemasaran langsung melalui telepon, dan publikasi langsung melalui email, untuk menghubungi pelanggan secara langsung dan menawarkan produk atau layanan.
Kalau Kita memiliki anggaran terbatas, maka mengkombinasikan beberapa strategi pemasaran yang berbeda mungkin dapat memberikan hasil terbaik bagi UMKM Kita. Selalu penting untuk mengukur hasil dari setiap strategi pemasaran yang Kita gunakan untuk memastikan bahwa Kita memanfaatkan waktu dan anggaran pemasaran Kita secara efektif.
Biaya untuk Pemasaran UMKM
Biaya pemasaran untuk usaha kecil menengah (UMKM) bervariasi tergantung pada strategi pemasaran yang dipilih dan anggaran yang tersedia. Beberapa biaya pemasaran yang mungkin dikeluarkan oleh UMKM adalah:
- Iklan: Biaya iklan di media cetak, televisi, radio, atau online.
- Pemasaran langsung: Biaya untuk mengirim surat, email, atau panggilan telepon ke pelanggan potensial.
- Pemasaran konten: Biaya untuk mempekerjakan penulis atau agen konten untuk menciptakan konten yang bermanfaat bagi target pelanggan.
- Promosi: Biaya untuk menawarkan hadiah, tawaran spesial, atau diskon untuk menarik pelanggan baru atau mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
- Partisipasi dalam acara: Biaya untuk mengikuti pameran dagang, festival makanan, atau acara lain yang sesuai dengan target pelanggan.
- Pemasaran langsung: Biaya untuk membeli database pelanggan potensial atau menggunakan jasa agen pemasaran langsung.
- Pemasaran kolaboratif: Biaya untuk bekerja sama dengan perusahaan lain untuk mempromosikan produk atau layanan.
Biaya pemasaran juga dapat termasuk biaya overhead seperti biaya telepon, biaya transportasi, dan biaya lainnya yang terkait dengan kegiatan pemasaran.
Selalu penting bagi UMKM untuk membuat anggaran pemasaran yang sesuai dengan tujuan dan target pasar mereka, serta memantau hasil dari setiap kegiatan pemasaran untuk memastikan bahwa biaya yang dikeluarkan terlihat dari hasil yang diharapkan.
Studi Kasus Pemasaran untuk UMKM
Berikut adalah contoh studi kasus pemasaran untuk UMKM:
“Kopi Kita” adalah toko kopi kecil yang terletak di wilayah perkotaan. Proprietor toko, Maria, ingin meningkatkan jumlah pelanggan yang datang ke tokonya, terutama pada jam sibuk pagi dan sore hari.
Untuk mencapai tujuan ini, Maria memutuskan untuk mengikuti beberapa strategi pemasaran yang berbeda:
Membuat akun media sosial: Maria membuat akun Instagram dan Facebook untuk tokonya dan mulai memposting foto-foto kopi dan makanan ringan yang dijual di tokonya. Dia juga mulai memposting ulasan pelanggan yang positif dan mengajak pelanggan untuk mengunggah foto mereka sendiri di toko.
Menawarkan promosi: Maria mulai menawarkan promosi seperti diskon 10% untuk pelanggan yang membagikan foto di media sosial dengan menyertakan tagar toko kopi. Dia juga mulai menawarkan tawaran spesial pada jam sibuk, seperti buy one get one free untuk menu utama.
Mengikuti acara lokal: Maria mulai mengikuti acara lokal, seperti pameran seni dan festival makanan, untuk mempromosikan tokonya kepada audiens baru. Dia juga mulai bekerja sama dengan penyedia layanan catering lokal untuk menawarkan kopi dan makanan ringan di acara-acara tersebut.
Menjual produk keluaran sendiri: Maria juga memutuskan untuk menjual produk keluaran sendiri, seperti kopi bubuk dan kacang-kacangan yang diolah di tokonya. Dia mulai memasarkan produk-produk ini melalui akun media sosial dan platform e-commerce lokal.
Setelah mengikuti beberapa strategi pemasaran ini selama beberapa bulan, Maria mulai melihat peningkatan jumlah pelanggan yang datang ke tokonya. Dia juga melihat peningkatan penjualan produk keluaran sendiri dan merasa senang dengan hasil yang didapatnya.