Hold merupakan istilah yang dijumpai dalam dunia saham. Secara singkatnya, Hold merupakan istilah yang merujuk pada seseorang yang menahan sahamnya untuk mencapai keuntungan yang diinginkan.
Tentu saja, Hold tidak bisa dilakukan secara sembarang, ada kondisi tertentu yang harus dipertimbangkan, lebih jelasnya Anda bisa menyimak ulasan di bawah ini.
Hold Artinya
Hold merupakan salah satu istilah yang dapat kita jumpai dalam dunia Investasi. Dalam bahasa Indonesia, kata Hold memiliki arti “Menahan” atau “Memegang”
Secara sederhana, Hold dalam saham diartikan sebagai kegiatan menahan suatu saham yang dibeli, sehingga tidak dijual kembali, baik itu pada kondisi harga naik atau sedang turun.
Contoh kasusnya, pada Januari 2023 kemarin seorang Investor membeli 150 lot saham DCB dengan harga senilai Rp. 1000 per lembar. Dengan ini, ia membeli secara keseluruhannya senilai Rp. 15 juta.
Setelah beberapa bulan kemudian, saham tersebut mengalami pergerakan turun (penurunan harga) menjadi Rp. 800 per lembar dengan totalnya menjadi Rp. 12 juta.
Pada kondisi ini Investor dihadapkan pada dua kemungkinan, yakni menjualnya karena takut harga semakin menurun, atau mempertahankannya karena yakin saham tersebut akan naik di masa mendatang.
Karena ia yakin harga saham tersebut akan mengalami kenaikan di masa mendatang, maka Investor memilih untuk menahannya daripada menjual kerugian.
Dalam situasi inilah yang disebut dengan istilah “Hold” dalam investasi saham.
Dengan ini dapat kita simpulkan, bahwa Hold adalah strategi menahan saham yang sudah dibeli untuk dijual kembali setelah harganya mencapai target yang diinginkan oleh Investor.
Tujuan melakukan ini adalah agar Investor bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Waktu Tepat Melakukan Hold
Umumnya, Hold dilakukan oleh Investor ketika dihadapkan pada situasi-situasi berikut:
Harga Saham yang Belum Mencapai Target Take Profit/Cut Loss
Sebelum melakukan trading, umumnya seorang trader akan membuat perencanaan trading yang didalamnya terdapat target Take Profit atau Cut Loss. Take Profit adalah level harga di mana Anda ingin menjual/membeli saham untuk memperoleh keuntungan. Sebaliknya, Cut Loss merupakan keadaan level harga rendah dari harga asli saat membelinya, sehingga investor mengalami kerugian.
Apabila kondisi harga saham yang dimiliki belum mencapai titik yang ditetapkan dalam rencana trading, trader akan memilih untuk menahan saham yang dimiliki.
Contohnya, Anda melakukan pembelian saham senilai Rp. 1000 per lembar, dan berencana untuk menjualnya setelah harga saham mulai naik mencapai Rp. 2000 per lembar (Take Profit), atau ketika harga sudah berada di angka terendahnya Rp. 800 per lembar (Cut Loss)
Jika harga saham masih berada di bawah Rp. 2000, semisalnya Rp. 1.750 per lembar, tentunya Anda harus melakukan strategi Hold sesuai rencana, sampai harga saham tersebut mencapai level Take Profit.
Meyakini Penurunan Harga Terjadi dalam Waktu Sementara
Pada dasarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi penurunan harga saham di pasar, salah satunya rumor atau isu negatif mengenai emiten penerbit saham yang beredar di media.
Apabila penurunan harga saham dinilai hanya rumor, biasanya para Investor akan meyakini tren ini hanya sementara.
Oleh sebab itulah, mereka lebih memilih menahan sahamnya (Hold), mereka yakin bahwa harganya akan naik kembali di masa mendatang.
Mempercayai Fundamental Emiten Jangka Panjang
Situasi selanjutnya yang membuat Investor/Trading lebih memilih opsi Hold atau menahan saham ialah saat mereka mempercayai fundamental suatu saham.
Pada kondisi ini, apapun yang terjadi di pasar saham, dan sebanyak apapun penurunan harga saham terjadi, mereka akan tetap menahan saham yang dimilikinya.
Umumnya, hal ini dilakukan oleh para investor yang ingin menahannya hingga harga saham yang dimiliki mencapai estimasi nilai yang diinginkan, sekalipun waktu yang dibutuhkan untuk mencapai harga keuntungannya sangat lama.
Biasanya para Investor yang lebih memilih menahan sahamnya akan melakukan strategi Average Down ketimbang menjualnya di saat mengalami penurunan.
Sebagai informasi, Average Down merupakan strategi yang dilakukan Investor dengan cara membeli saham yang turun, sehingga mereka mendapatkan harga yang lebih rendah daripada harga pembelian awal.
Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan rata-rata harga saham yang lebih murah, sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketika harga sahamnya kembali naik.
Uang yang Digunakan dalam Investasi Bukan Uang Panas
Terakhir, situasi tepat untuk melakukan strategi Hold ialah ketika Anda membeli saham dengan uang dingin, uang yang diluar kebutuhan sehari-hari.
Dengan melakukan Hold, tentunya uang tersebut akan tersimpan dengan periode waktu yang cukup lama.
Jadi, sekalipun saham yang dipegang mengalami penurunan harga, Anda tidak akan takut untuk kehilangan, sebab tadi uang yang digunakan bukan uang panas. Anda tidak akan memiliki rasa cemas karena tidak bisa membayar tagihan atau memenuhi kebutuhan makan.
Selain itu, Anda pun bisa lebih santai, karena uang yang digunakan merupakan anggaran yang dikhususkan untuk alokasi investasi.
Anda tidak akan terburu-buru melakukan penjualan karena takut mengalami banyak kerugian. Sekalipun menjualnya belum tentu Anda bisa mendapatkan saham yang memiliki performa baik.
Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah memutuskan untuk menahan sahamnya dan menunggu waktu terbaik untuk melakukan penjualan saham.
Keunggulan Hold
Setidaknya ada 3 keunggulan yang bisa didapatkan oleh para investor yang melakukan Hold dengan jangka panjang, diantaranya:
Mendapatkan Keuntungan (Capital Gain)
Dengan melakukan Hold, Anda bisa berpotensi untuk mendapatkan Capital Gain atau keuntungan yang lebih tinggi.
Semakin lama investor melakukan Hold sahamnya, semakin tinggi juga peluang keuntungan yang bisa didapatkan.
Anggaran yang Relatif Sedikit
Saat Anda melakukan transaksi jual beli saham, maka Anda harus mengeluarkan sejumlah biaya, bukan hanya biaya transaksi pembelian, melainkan juga pajak.
Semakin sering Anda melakukan transaksi pembelian saham, maka akan ada banyak anggaran yang harus dikeluarkan. Hal ini berbeda jika Anda melakukan transaksi dalam waktu sesekali saja.
Menerapkan Keuntungan Compound
Para Investor yang melakukan investasi jangka panjang bisa menggunakan dividen yang diterimanya secara rutin untuk ditanamkan kembali ke saham tersebut.
Dengan ini jumlah keuntungan yang didapatkannya bisa lebih banyak.
Resiko Melakukan Hold
Setidaknya ada dua resiko yang bisa terjadi ketika Anda melakukan Hold pada prediksi yang salah, yakni:
Resiko Kerugian
Ketika kenyataan pasar saham tidak sesuai dengan prediksi Investor, risiko kerugian bisa terjadi.
Contohnya, seorang investor memutuskan untuk melakukan Hold pada sahamnya yang mengalami penurunan harga 50%. Di mana hal ini terjadi akibat prediksi adanya isu pembalikan di masa mendatang.
Namun, sayangnya, saham tersebut malah semakin turun, sehingga Investor harus mengalami kerugian yang lebih besar dari sebelumnya.
Opportunity Cost
Opportunity Cost adalah kemunculan biaya atau risiko akibat seseorang memilih untuk mengorbankan satu hal demi mendapatkan hal lainnya. Dengan ini, Opportunity Costy terjadi ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan.
Dalam dunia saham, resiko ini terjadi ketika Anda menyimpan aset yang dimiliki dalam bentuk portofolio saham selama periode waktu yang ditentukan.
Padahal, di sisi lain Anda bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar jika saham tersebut dijual dan digunakan untuk investasi pada instrumen lainnya.
Biaya peluang inilah yang disebut dengan Opportunity Cost, yakni biaya yang harus ditanggung saat melakukan strategi Hold saham dalam jangka panjang.
Jadi, Bagaimana Dampak Melakukan Hold dalam Investasi?
Melakukan investasi dengan strategi Hold dalam jangka waktu yang lama memang bisa berpotensi untuk mendapatkan imbal balik hasil yang lebih menguntungkan, terutama jika Anda melakukan strategi DCA, yakni menabung rutin.
Dengan demikian, hasil investasi bisa terakumulasi dengan baik, ditambah adanya konsep bunga-berbunga.
Alih-alih panik karena nilai investasi yang mengalami penurunan di tengah kepastian, Anda bisa melakukan Hold dan berorientasi pada investasi jangka panjang untuk masa depan.
Namun, dibalik potensi keuntungan yang berlimpah, melakukan Hold pun bisa menjerumuskan Anda pada kerugian, seperti risiko yang telah dijelaskan diatas, yakni kehilangan harga saham dan Opportunity Cost.
Maka untuk itu, dalam memutuskan langkah strategi ini sebaiknya Anda melakukan analisis terhadap saham yang dibeli, baik itu secara fundamental maupun teknikal. Hal ini dilakukan agar Anda tidak salah dalam memprediksi pergerakan saham.
Tentu saja, hasil prediksi ini dapat dijadikan sebagai acuan Anda, apakah tepat untuk melakukan Hold di situasi yang sedang dihadapi? Atau sebaliknya harus melepas alias menjualnya karena bisa berisiko pada kerugian yang tidak ada artinya?