Untuk memulai sebuah usaha, kita akan membutuhkan modal. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas soal modal, terutama terkait dengan rumus modal akhir dan aspek-aspek yang terkait dengannya.
Dalam akuntansi, kita mengenal adanya persamaan prinsip dasar akuntansi. Prinsip tersebut menyebutkan bahwa nilai harta (Aktiva) sama dengan nilai Pasiva. Sedang pasiva sendiri terdiri dari modal dan liabilitas (Hutang).
Sebuah perusahaan tetap membutuhkan modal untuk bisa menjalankan operasionalnya. Bahkan pihak ketiga sebagai kreditur tidak akan semudah itu mempercayakan untuk memberikan pinjaman bila ternyata modal dari perusahaan kurang kuat.
Sejatinya modal akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan usaha. Ketika perusahaan berhasil membukukan keuntungan, sebagian akan menambah nilai modal, sehingga modal akhir akan berkembang di atas modal awal.
Memahami Apa Itu Modal Awal Dan Modal Akhir
Sebagaimana kami jelaskan di atas, modal adalah elemen penting ketika perusahaan berdiri di awal. Modal menjadi dana awal ketika perusahaan berdiri. Sekaligus untuk menopang operasional perusahaan di awal.
Modal yang masuk pertama kali ke dalam perusahaan dan menjadi dana operasional awal ketika perusahaan berdiri dan mulai beroperasi kita sebut sebagai modal awal.
Modal awal bisa berasal dari dana pemilik, dana patungan karena perusahaan milik beberapa pihak atau suntikan dana dari investor.
Setelah perusahaan berjalan, perusahaan akan melakukan aktivitas usahanya dan menghasilkan keuntungan. Bisa jadi juga terjadi penarikan dana modal untuk kebutuhan privat dari pemilik (Prive).
Setelah terakumulasinya seluruh pendapatan dan pengeluaran selama periode berjalan, nilainya akan ditambahkan pada modal awal menjadi nilai modal akhir. Secara garis besar, itulah bentuk umum dari rumus modal akhir.
Elemen Utama Dalam Rumus Modal Akhir
Ada sejumlah aspek yang menentukan nilai dari modal akhir. Elemen utama dalam menghitung modal akhir adalah sebagai berikut.
Modal Awal
Modal awal merupakan besaran dana awal yang membiayai proses pendirian dan operasional awal perusahaan.
Tetapi dalam pengertian pencatatan akuntansi, modal awal adalah modal pada awal periode. Angka pada modal awal sebuah periode berasal dari angka modal akhir pada periode sebelumnya.
Modal awal bisa berasal dari akumulasi dana setoran investor dan modal kerja. Namun untuk modal awal pada satu periode mutlak berasal dari nilai modal akhir pada periode sebelumnya.
Laba Rugi
Ketika perusahaan menjalankan operasionalnya dalam satu periode akuntansi, perusahaan akan memperoleh pendapatan. Baik itu pendapatan dari usaha utama atau dari non usaha utama.
Pada sisi lain operasional yang berjalan sudah tentu akan menuntut banyaknya pengeluaran biaya. Baik untuk operasional utama, untuk pengelolaan manajemen, untuk perawatan gedung dan alat serta lai sebagainya.
Pada akhir periode, seluruh pendapatan tadi akan dikurangi dengan biaya-biaya yang telah keluar. Selisih dari keduanya ini kemudian perusahaan akui sebagai laba atau rugi.
Bila nilai pendapatan lebih besar dari biaya maka perusahaan mencatatkan laba. Namun bila biaya lebih besar dari pendapatan berarti perusahaan harus mengakui adanya kerugian.
Laba Ditahan
Sejatinya setiap perusahaan berdiri untuk menghasilkan keuntungan. Seorang pemilik modal atau investor berkepentingan untuk mendapat bagian keuntungan ketika perusahaan membukukan laba.\
Karena itu, sudah lazim bila investor atau pemilik akan mengambil bagian atas keseluruhan laba yang perusahaan hasilkan. Kita mengenal pembagian laba ini sebagai deviden.Tentu saja nantinya tetap akan tersisa bagian laba yang tidak dibagikan.
Bagian tersebut kemudian kita kenal sebagai laba ditahan. Karena laba tersebut tertahan dalam perusahaan dan kembali ke dalam operasional perusahaan sebagai penambah modal.
Prive
Selain deviden, kita juga mengenal adanya prive. Ini juga pengambilan dana modal oleh pemilik modal atau investor. Tetapi sifatnya tidak mengurangi prosentasi kepemilikan modal.
Sifat deviden adalah mengambil bagian atas laba, sedangkan prive mengurangi besaran modal. Karena itu ketika prive terjadi, harus kita akui sebagai pengurang nilai modal.
Perhitungan Modal Akhir
Berdasarkan penjelasan mengenai elemen rumus modal akhir di atas, kita dapat simpulkan bahwa konsep dasar dari rumus modal akhir adalah sebagai berikut.
Rumus Modal Akhir = Modal awal + Laba ditahan – Prive
Laba di tahan = Total Laba – Deviden
Bagaimana bila terjadi kerugian? Maka nilai laba yang dicantumkan bersifat negatif. Tidak ada perhitungan laba ditahan karena otomatis ketika perusahaan rugi, tidak akan ada pembagian share laba (deviden) untuk pemilik modal. berikut rumus modal akhir bilamana terjadi kerugian.
Rumus Modal Akhir = Modal Awal + (-Rugi) – Prive
= Modal awal – Rugi – Prive
Fungsi Dari Perhitungan Modal Tetap
Dalam sistem akuntansi kita mengenal adanya 4 format utama laporan keuangan, yakni laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan laporan neraca (posisi keuangan).
Nilai modal akhir akan berkaitan langsung dengan 3 laporan keuangan, yakni pada laporan laba rugi, perubahan modal dan neraca.
Modal akhir diperoleh dari pertambahan modal awal dengan laba. Nilai laba sendiri berasal dari perhitungan pada laporan laba rugi. Kemudian perhitungan lengkap terkait modal akhir akan tercantum dalam laporan perubahan modal.
Setelah itu, nilai modal akhir pada laporan perubahan modal akan masuk ke dalam akun modal pada neraca. Sebagai laporan kekayaan dan posisi struktur modal perusahaan di akhir periode.
Dengan kata lain, perhitungan modal akhir akan berperan besar dalam penilaian kondisi perusahaan dengan merujuk pada data laporan keuangan.
Selain itu, nilai modal akhir akan menjadi salah satu poin penting evaluasi perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Terutama terkait dengan pertumbuhan modal dari periode ke periode.
Perhitungan Modal Akhir Pada Investasi Tetap
Dalam akuntansi, juga terdapat adanya istilah perhitungan rumus modal akhir untuk investasi tetap. Biasanya ini tidak terkait dengan modal dalam perusahaan yang nilai laba dan perolehannya tidak bisa pasti.
Perhitungan ini berlaku untuk perhitungan modal akhir atas investasi keuangan seperti peminjaman dana atau investasi dengan ketetapan nilai bunga.
Dalam hal ini terdapat dua rumus modal akhir yang lazim digunakan. Adapun kedua rumus tersebut adalah sebagai berikut.
Rumus Bunga Tunggal
Jenis perhitungan rumus modal akhir ini berasumsi bahwa bunga yang akan kita dapatkan nilainya tetap dan tunggal untuk setiap periode sampai masa akhir investasi.
Rumus untuk perhitungan bunga tunggal adalah sebagai berikut.
Mt = M1 x (100% + ( r x t )
Mt : nilai modal akhir investasi
M1 : nilai modal awal investasi
r : tingkat suku bunga tunggal per periode
t : masa investasi
Contoh Soal :
Sebuah perusahaan melakukan investasi pada sebuah deposito sebesar Rp 20 juta dengan masa deposito 5 tahun dan bunga 10%. Berikut nilai modal akhir setelah 5 tahun.
M5 = M1 x (100% + ( r x t )
M5 = Rp 20.000.000 x (100/100 + ( 10/100 x 5 )
M5 = Rp 20.000.000 x (100/100 + 50/100 )
M5 = Rp 20.000.000 x 150/100 = Rp 30.000.000
Rumus Bunga Majemuk
Berbeda dengan rumus bunga tunggal, sistem perhitungan bunga majemuk berasumsi bahwa nilai bunga akan bergerak dan berbeda-beda untuk setiap periode.
Penentuan nilai bunga untuk tiap periode berdasarkan akumulasi nilai bunga dari periode berikutnya. Untuk lebih jelasnya berikut adalah bentuk rumus modal akhir investasi dengan sistem bunga majemuk.
Mt = M1 x (100% + r )t
Mt : nilai modal akhir investasi
M1 : nilai modal awal investasi
r : tingkat suku bunga tunggal per periode
t : masa investasi
Untuk memudahkan Anda memahami pengaplikasian rumus di atas, berikut adalah contoh kasusnya untuk Anda pahami.
Sebuah perusahaan melakukan investasi pada sebuah proyek sebesar Rp 20 juta dengan perjanjian di awal akan memperoleh bunga majemuk sebesar 10 % dalam periode 5 tahun. Berikut nilai modal akhir setelah 5 tahun.
Mt = M1 x (100% + r )t
M5 = Rp 20.000.000 x (100/100 + 10/100)5
M5 = Rp 20.000.000 x ( 105/100 )5 = Rp 32.210.200
Tentu saja ada perbedaan konsep antara nilai modal akhir perusahaan dan nilai modal akhir investasi tetap. Karena modal akhir investasi bukan nilai yang berasal dari aktivitas usaha utama.
Bilapun akan perusahaan akui hasil perhitungan rumus modal akhir investasi sebagai pendapatan, maka akan masuk ke dalam poin pendapatan non usaha.