Latar Belakang Gaya Hidup Sosialita
Gaya hidup sosialita, hedonisme sepertinya sudah menjadi syndrome yang muncul ditengah-tengah masyarakat metropolitan, yaitu masyarakat dengan gaya hidup ekonomi yang tinggi, dan juga gaya hidup modernitas. Keeksistensian mereka sudah menjadi impact dari proses modernisme yang sedang melanda seluruh negara di dunia.
Gaya hidup sosialita ini seakan menjadi wabah yang telah menjangkit di masyarakat. Seakan mereka tak ingin ketinggalan dengan fenomena ini. Bahkan, dengan mudahnya gaya hidup seperti ini kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak peduli tua atau muda, baik dari kalangan atas bahkan kalangan menengah ke bawah, mereka semua ikut larut dalam gaya sosial seperti ini.
Pengertian Sosialita
Sosialita adalah seseorang atau sekelompok orang yang selalu berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan menghabiskan waktu untuk menghibur dan dihibur pada acara-acara mode kelas atas. Kalimat socialite pertama kali digunakan pada tahun 1928 (Adenina, 2017 :1).
Dulu ketika fenomena sosialita ini lahir di negara Paman Sam, sosialita kerap kali aktif dalam kegiatan sosial seperti penggalangan dana, acara amal, dan acara lainnya yang bertujuan untuuk membangun kehidupan sosial, menolong seseorang, atau ikut dalam gerakan untuk kemanusiaan.
Sekarang ini pengertian sosialita telah bergeser dari definisi aslinya, sosialita tidak lagi berarti sosial, namun pribadi. Kaum ini tidak lagi aktif membantu dalam kegiatan sosial, bahkan hadir pun tidak. Mereka lebih suka memamerkan kekayaan mereka, gaya hidup mewah mereka, dan menghabiskan uang untuk hal-hal yang untuk beberapa orang terbilang pemborosan.
Di Indonesia, perempuan dengan penghasilan tinggi dan gaya hidup sekelas sosialita memang tidak banyak. Namun, kelas sosialita di Indonesia memang ada. Tapi, banyak yang salah kaparah. Gaya hidup yang mereka jalani hanya sebatas untuk mendapatkan pengakuan atas kekayaannya untuk membangun citra diri semu.
Media yang mengangkat profil dan event sosialita semakin banyak dan tak terbatas pada media cetak, melainkan melebar ke televisi. Gempuran media yang mengekspos kehidupan “tralala” kaum sosialita ini juga membuat semakin banyak orang, terutama wanita, mendambakan reputasi sosialita dan diekspos ke publik (Roesma dan Mulya, 2013: 365) salah satunya dengan melalui film. Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang mampu menggeser dan mengganti gaya hidup lama dan membawa sejumlah nilai-nilai gaya hidup baru.
Tanda Gaya Hidup Sosialita
Gaya hidup sosialita sering ditandai dengan kekayaan ekonomi yang besar, gaya hidup mewah, dan kerap beraktivitas di lingkungan masyarakat elite. Mereka sering ditemukan di acara-acara sosial, pesta, dan acara-acara keagamaan yang mewah.
Sosialita juga sering dikenal sebagai trendsetter dalam mode, gaya hidup, dan hobi. Namun, gaya hidup sosialita juga sering dianggap sebagai sinonim dengan gaya hidup yang materialistik dan tidak peduli dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat luas. – www.crispinguest.com
Tips Agar Tidak Terjebak Dalam Gaya Hidup Sosialita
Beberapa tips agar tidak terjebak dalam gaya hidup sosialita adalah:
- Ingatlah akan tujuan hidup yang lebih penting daripada mengejar kekayaan dan kemewahan.
- Jangan terlalu terpaku pada standar kemewahan yang ditetapkan oleh masyarakat. Ingatlah bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh kekayaan atau status sosial.
- Ingatlah akan nilai-nilai yang penting bagi Anda, seperti keluarga, persahabatan, dan kebaikan sosial.
- Jangan terlalu terpaku pada perbandingan dengan orang lain. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki keunikan dan perjalanan hidup yang berbeda.
- Ingatlah akan keseimbangan dalam keuangan. Jangan mengeluarkan uang untuk barang-barang tidak penting atau mengambil pinjaman untuk memenuhi kebutuhan yang tidak perlu.
- Ingatlah akan pentingnya keberlanjutan dan kesejahteraan lingkungan. Jangan membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan dan yang merugikan lingkungan.
- Ingatlah akan pentingnya kontribusi sosial. Carilah cara untuk membantu sesama dan memberi dukungan kepada komunitas yang kurang mampu.
- Ingatlah akan kesehatan dan kesejahteraan mental. Jangan terlalu sibuk dengan kegiatan sosial atau bekerja terlalu keras hingga lupa menjaga kesehatan diri sendiri.